Nama mobil Esemka naik sejak Joko Widodo menjabat sebagai Wali Kota Solo sekitar tahun 2012. Kala itu Jokowi memperkenalkan produk buatan PT. Solo Manufaktur Kreasi sebagai mobil dinas bersama F.X. Hadi Rudiyatmo.
Sejak saat itu, eksistensi mobil Esemka selalu menyita perhatian publik. Esemka lantas digadang-gadang bakal menjadi mobil nasional seiring melambungnya pamor Jokowi. Sejumlah pengembangan dilakukan hingga sertifikat lolos uji berhasil dikantongi pada 2012 lalu. Namun, setelah Jokowi hijrah ke ibu kota lantaran terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Presiden RI usai Pemilu 2014, gaung Esemka justru kian melemah.
Esemka kembali menggema saat gelaran Pilpres 2019. Kala itu lawan politik Jokowi dengan gencar mencibir janji soal mobil nasional yang tak kunjung terwujud. Oleh karena itu, Esemka kerap disebut sebagai cerminan janji politik Jokowi yang tak pernah ditepati.
Pasang-surut eksistensi mobil Esemka yang telah melekat sebagai ‘mobil misterius’ dan janji politik Jokowi yang tak pernah ditepati menarik perhatian Netray untuk melakuakan pemantauan. Dengan menarik mundur data media pemberitaan selama satu semester, Netray berharap kata kunci esemka dapat memberikan gambaran bagaimana media mengemas pemberitaan bertopik Esemka dan kabar terkait Esemka terkini dapat diketahui. Berikut hasil pantauan dalam dashboard Media Monitoring Netray.
Angka 178 yang dapat ditemukan untuk pemberitaan terkait Esemka di media pemberitaan selama 6 bulan terakhir mengindikasikan bahwa topik ini tidak begitu menarik perhatian selama satu semester ini. Selain membicarakan Esemka dalam kaitannya dengan ranah Otomotif, topik ini juga masuk dalam ranah Politik. Mengapa demikian? Simak analisisnya berikut.
Peak Time Pemberitaan Mobil Esemka di Media Pemberitaan
Hal pertama yang menarik dari pemantauan ini adalah melihat Peak Time pemberitaan topik Esemka.
Jika dilihat grafiknya, keramaian publik memberitakan topik ini paling tinggi terjadi di bulan Februari dengan intensitas pemberitaan di angka 80 artikel. Hal ini paling tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang hanya berkisar 20 artikel setiap bulannya. Berikut sejumlah isu yang menghiasi pemberitaan topik Esemka selama 6 bulan terakhir.
Peluncuran mobil nasional Vietnam dan Malaysia
Industri otomotif di kawasan Asia Tenggara mulai menggeliat. Setelah Vietnam memiliki brand bernama Vinfast yang memproduksi mobil listrik, kini Malaysia turut memperkenalkan mobil listriknya. Adalah EV Innovation, perusahaan start-up asal Negeri Jiran yang tengah mengembangkan mobil listrik bernama MyKar.
Kemunculan mobil nasional produksi Vietnam dan Malaysia naik ke media dengan mempertanyakan kabar perkembangan Esemka, mobil yang sempat digadang-gadang sebagai mobil nasional Indonesia.
Pemesanan Online
Seolah menjawab citra misterius yang kerap disematkan publik terhadap Esemka, PT Solo Manufaktur Kreasi membuka pintu pesanan secara online.
Dua varian mobil yang ditawarkan, yakni Esemka Bima 1.2 dan Esemka 1.3. Merujuk website esemkaindonesia.co.id, Esemka telah mengantongi izin produksi delapan jenis kendaraan ringan atau mobil. Dari 8 varian tersebut, terdiri dari tiga jenis mobil, mulai dari pikap yang diwakili Esemka Bima, kemudian SUV ada Esemka Digdaya dan Esemka Garuda 2.0, serta sebuah Esemka Borneo 2.7 D alias diesel.
Instansi Pemerintah yang Menggunakan Mobil Esemka
Selain soal perkembangan inovasi produk, topik Esemka juga banyak dihiasi oleh pemberitaan terkait tokoh ataupun instansi yang memesan dan menggunakan produk ini. Beberapa di antaranya adalah Vendor PLN, PMI, BUMDes Boyolali, TNI AU, dan Menhan Prabowo Subianto.
Dari informasi yang beredar, model pikap Esemka Bima menjadi yang paling banyak dipesan instansi pemerintah. Meskipun jumlah pemesanan tidak terhitung banyak, informasi semacam ini menjadi perlu diberitakan untuk membuktikan kepada publik bahwa Esemka tidaklah barang ‘ghaib’ seperti yang beredar.
Esemka Berhenti Produksi Sementara, Stok Habis
Setelah memamerkan sejumlah instansi yang memesan produk ini, pada Februari 2021, PT Esemka dikabarkan stop produksi untuk sementara. Influencer Fitra Eri yang ingin memboyong produk ini harus menelan rasa kecewa lantaran kehabisan stok.
Humas PT SMK, Sabar Budi membenarkan bila stok kendaraan Esemka kosong karena pabrik sudah lama tidak beroperasi sejak pandemi.
Esemka dan Tesla
Isu terakhir yang menyangkut nama Esemka baru-baru ini adalah soal kerjasama Tesla. Kabar masuknya Tesla ke Indonesia untuk membangun pabrik mobil listrik sempat jadi angin segar bagi masa depan industri kendaraan listrik di Tanah Air. Oleh karena itu, sejak akhir Desember hingga Februari publik berharap-harap cemas kepada keputusan Elon Musk.
Namun, lagi-lagi isu ini hanya sebatas angin lalu yang menguap begitu saja. Tesla dikabarkan telah memiliki rencana baru untuk membangun pabrik di India. Perusahaan digdaya milik Elon Musk tersebut bakal menyiapkan perakitan mobil listrik di Karnataka, negara bagian barat daya India bukan di Indonesia seperti yang santer diberitakan.
Framing Topik Esemka di Media Daring
Untuk membaca framing topik ini, Netray memanfaatkan fitur sentiment analysis dan entity extract. Dengan melihat dominasi sentimen, kategori pemberitaan, dan top entitas, dapat diketahui bagaimana media membungkus topik ini. Apa yang menyumbang sentimen negatif dan positif? Dalam ranah mana topik ini dibicarakan? Serta siapa saja tokoh yang erat dengan topik ini selama satu semester belakangan? Berikut hasil analisisnya.
Melihat deretan entitas di atas, dapat diamati bahwa sebagian besar pemberitaan topik ini dikaitkan dengan tokoh-tokoh politik, seperti Joko Widodo, SBY, Ferdinand Hutahaen, hingga AHY. Hanya nama Sabar yang bukan dari kalangan politisi. Ia tidak lain merupakan Humas PT Solo Manufaktur Kreasi. Dari sini, kita dapat melihat bahwa selama satu semester, topik Esemka lebih banyak dicatut dalam perbincangan politik ketimbang terkait pengembangan produk Esemka itu sendiri.
Esemka, Joko Widodo, dan Sentimen Negatif
Masuk akal apabila nama Joko Widodo muncul sebagai entitas teratas soal topik ini. Esemka seolah telah melekat padanya sebagai janji yang diingat publik. Maka tak heran apabila sumbangan sentimen negatif untuk topik ini paling banyak muncul dari pemberitaan yang berhubungan dengan kepemerintahan Joko Widodo seperti berikut.
Dalam sampel pemberitaan yang membicarakan kepemerintahan Joko Widodo di atas, Esemka tidak dibicarakan secara mandiri dalam ranah Otomotif, melainkan hanya dicatut untuk mengasosiasikan janji politik Jokowi yang dianggap gagal.
Citra Esemka yang telanjur negatif, seperti miterius atau ghaib juga terlihat dalam cuplikan artikel soal UU Cipta Kerja terbitan Batam News berikut.
Esemka dalam Perbincangan Politik Ferdinan Hutahaen
Nama Ferdinand Hutahaen, SBY, dan AHY juga muncul dalam deretan Top Entitas ini karena pada Oktober, kabar mundurnya Ferdinand dari Partai Demokrat ramai diperbincangkan. Lalu apa hubungannya dengan keyword Esemka? Dari pantauan Netray, media ternyata kerap mengutip pernyataan Ferdinand soal perkenalan pertamanya dengan Jokowi.
Sampel artikel di atas dilabeli mesin Netray sebagai netral karena tidak berpengaruh terhadap citra Esemka secara langsung.
Informasi Penjualan Produk dan Upaya Media Memperbaiki Citra Esemka
Sementara itu, sentimen positif untuk topik ini disumbang oleh artikel-artikel yang berusaha menaikkan citra positif Esemka, seperti membahas jumlah pesanan produk serta instansi mana saja yang memesan produk seperti berikut.
Dengan menyematkan judul apresiatif terhadap Esemka, media seolah ingin menghapus citra buruk Esemka yang terlanjur melekat di benak publik. Media ingin masyarakat tahu bahwa Esemka tidak mandek atau benar-benar aktif beroperasi. Dukungan pemerintah terhadap Esemka juga terlihat mengalir dengan adanya pemberitaan seputar pembelian produk dari pihak instansi pemerintah. Artikel semacam ini secara tidak langsung dinaikkan untuk membangun eksistensi Esemka yang selama ini dipertanyakan publik.
Meskipun demikian, citra negatif Esemka masih jelas terlihat, utamanya ketika membahas Pemerintahan Joko Widodo. Label negatif seperti ghaib, misterius, dan asosiasi sebagai janji yang tidak ditepati juga mau tidak mau harus diakui masih melekat pada Esemka.
Demikian hasil pantauan Netray.