Penetapan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh KPK pada Selasa (24/12) lalu mengguncang publik. Penetapan ini berdasarkan dugaan bahwa Hasto terlibat suap anggota KPU dalam kasus PAW Harun Masiku. Termasuk dugaan obstruction of justice dan membocorkan OTT sehingga Harun bisa melarikan diri.
Meskipun telah berstatus tersangka, hingga kini Hasto belum ditahan oleh KPK. Media sosial lantas ramai dengan opini pro dan kontra warganet. Sementara itu media pemberitaan menyajikan berbagai macam sudut pandang terkait kasus ini. Mari kita telusuri lebih jauh apa yang menjadi titik sorotan utama dari kedua media ini?
Pemberitaan Media Online Hasto Kristiyanto, Megawati jadi Sorotan
Dengan menggunakan kata kunci ‘hasto’ selama periode 24 hingga 30 Desember 2024. Netray menemukan sebanyak 2,4 ribu artikel berita mengandung kata kunci tersebut. Pemberitaan dibanjiri dengan sentimen negatif sebanyak sebanyak 1.168 artikel, dibandingkan dengan sentimen positif yang hanya muncul sejumlah 304 artikel.
Pada hari penetapan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka, pemberitaan datang begitu masif hingga mencapai 723 artikel. Setelah hari itu pemberitaan mulai berkurang sedikit demi sedikit hingga akhir periode pemantauan.
Untuk menggali sorotan-sorotan utama dalam pemberitaan media massa di Indonesia, Netray memanfaatkan fitur Hot Issue yang memungkinkan kita untuk melihat topik yang paling sering muncul dalam artikel berita. Semakin besar penampang topik, maka semakin sering pula media massa daring memuat berita yang membahas topik tersebut.
Hasilnya, nama Megawati Soekarnoputri menjadi pusat sorotan media pemberitan, terlihat namanya menonjol pada gambar di atas. Sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati disebut berusaha melindungi Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, dengan berjanji akan turut mendatangi KPK jika Hasto benar-benar ditangkap. Isu lain yang mencuat adalah dugaan keterlibatan Megawati dalam kasus Harun Masiku. Namun, Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, dengan tegas membantahnya, meyakini bahwa Megawati tidak akan dipanggil oleh KPK. Hal tersebut seperti yang diberitakan oleh Tagar Id dan Tribun Bangka.
Di sisi lain, Hasto merespons penangkapannya dengan sikap tunduk pada proses hukum yang berlaku. Menariknya, Hasto membandingkan dirinya dengan Bung Karno, presiden pertama Indonesia, yang pernah dipenjara oleh penjajah demi perjuangan kemerdekaan. Menurut Hasto, masuk penjara adalah bagian dari pengorbanan demi cita-cita besar. Pernyataan ini mendapat kecaman dari Didi Mahardika Soekarno, cucu Bung Karno, yang menilai klaim Hasto tidak relevan dan mengandung logika yang sesat. Warta ini seperti yang dituliskan oleh Antara Jatim dan Batam Today.
Senada dengan Didi, pengamat politik Jerry Massie juga mengkritik perbandingan tersebut, menegaskan bahwa Hasto Kristiyanto tidak dapat disamakan dengan Bung Karno yang tidak pernah terlibat dalam praktik-praktik seperti menyuap KPU atau melindungi pelaku kejahatan Pemilu seperti Harun Masiku.
Selain Hasto, mantan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly juga diperiksa sebagai saksi dalam kasus ini pada pertengahan Desember. Kini, Yasonna menerima larangan bepergian ke luar negeri dari KPK, bersama dengan Hasto. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 1757 Tahun 2024 yang dikeluarkan pada 24 Desember, yang menyatakan bahwa keberadaan keduanya di Indonesia sangat diperlukan untuk proses penyidikan dugaan korupsi. Larangan ini berlaku selama enam bulan ke depan. Seperti tampak diberitakan oleh Kabar Aktual dan JPNN.
Meski Hasto telah menjadi tersangka KPK, Pengamat Intelijen, Connie Rahakundini menilai penetapan ini terasa janggal, padahal masih banyak kasus lain yang perlu diusut. Ia juga mengklaim bahwa penetapan Hasto sebagai tersangka sudah disetting sejak lama. Seolah jadi orang kepercayaan Hasto, Connie mengaku dititipi sejumlah dokumen penting milik Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto jelang kabar penetapan sebagai tersangka KPK agar dokumen-dokumen tersebut tak hilang sia-sia karena disita KPK.
Warganet X Anggap Hasto Jahat hingga Settingan Buzzer
Selain dari media pemberitaan Netray mencoba menilik opini warganet akan kasus ini melalui media sosial X (Twitter). Isu ini mampu meraup banyak perhatian warganet dengan buktinya unggahan yang muncul sebanyak 83,6 ribu Unggahan dari 11,8 ribu akun.
Intensitas unggahan terkait topik ini tampak naik turun. Ketika awal periode pemantauan yakni tanggal 24 Desember 2024, atau saat hari pengumuman status tersangka Hasto Kristiyanto oleh KPK, unggahan warganet belumlah terlalu banyak, hanya menyentuh angka 3,6 ribu unggahan. Kemudian hari berikutnya langsung melonjak ke 15,5 unggahan.
Hingga akhir periode pemantauan, intensitas unggahan berada di rentang jumlah 10 ribu dan 16 ribu per hari. Dengan jumlah tertinggi terjadi pada tanggal 27 Desember yang membuktikan bahwa warganet sangat tertarik akan topik ini. Opini warganet begitu beragam ada yang pro mendukung Hasto Kristiyanto tak bersalah hingga kontra menganggap Hasto adalah gembongnya para koruptor. Selengkapnya bisa diamati pada uraian di bawah ini.
Opini warganet terpopuler datang dari akun @JhonSitorus_18 yang menyebut penetapan ini adalah salah satu bentuk usaha balas dendam terhadap PDIP. Walaupun tidak menyebutkan secara tersirat, Jhon mengatakan bahwa usaha ini terjadi setelah sekeluarga dipecat dari partai berlogo banteng ini. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga Jokowi. Kemudian akun @alisyarief juga mempertanyakan apa dasarnya KPK menetapkan Hasto sebagai tersangka. Baginya konspirasi antara Harun Masiku dan Hasto hanyalah urusan pribadi mereka berdua. Sehingga wajar banyak yang menganggap ini kriminalisasi. Bahkan Jakarta turut bereaksi. Kardinal Ignatius Suharyo menyatakan bahwa adanya kasus Hasto ini bukti bahwa hukum sudah menjadi alat politik seperti yang dituliskan akun @Oposisicerdas
Menariknya Tagar #JokowiBencanaNasional menjadi perbincangan hangat di X, bahkan mengungguli tagar lainnya. Banyak warganet yang meyakini bahwa penangkapan Hasto Kristiyanto hanyalah strategi politik Jokowi. Salah satu contohnya dari akun @BiLLRaY2019 membagikan video Connie yang berbicara tentang kasus ini, sambil menyerukan pengungkapan kebusukan keluarga Mulyono beserta komplotannya di KPK. Sementara itu, akun @PngAdilnR4kyt menyoroti tiga tokoh yang disebut mengancam posisi Jokowi, yaitu Thomas Lembong, Hasto Kristiyanto, dan Anies Baswedan, yang dijuluki “Operasi TOHA.” Operasi ini diduga bertujuan untuk membuka jalan bagi Gibran agar sukses dalam Pilpres 2029.
Tagar populer lainnya #TurunkanPaksaFufufa juga menjadi perbincangan santer dan sering muncul berdampingan dengan #JokowiBencanaNasional. Menariknya, warganet dari akun @4ntita1p4N_PIK2 mengungkap adanya dugaan pergerakan buzzer yang mendukung Hasto Kristiyanto. Mereka diduga menyebarkan tiga narasi utama: pertama, membangkitkan kembali isu kenaikan PPN menjadi 12%; kedua, mengklaim bahwa penetapan Hasto sebagai tersangka hanyalah pengalihan isu dari kenaikan PPN; dan ketiga, menyebut kasus Hasto sebagai bentuk kriminalisasi oleh Jokowi terhadap pemerintahan Prabowo.
Akun dengan impresi tinggi selama periode pemantauan adalah @PartaiSocmed, yang unggahannya cenderung mendukung penangkapan Hasto Kristiyanto. Akun ini bahkan beropini bahwa PDIP mungkin menyetujui penangkapan tersebut karena sang Sekjen dianggap telah banyak berkhianat. Dugaan ini diperkuat oleh isu yang mencuat saat pemilihan calon legislatif, sejumlah caleg terpilih dibatalkan oleh partai dan digantikan oleh mereka yang bersedia membayar mahal. Kabarnya, dana tersebut sebagian besar masuk ke kantong pribadi Sekjen.
Akun populer lainnnya berasal dari akun berita @detikcom. Akun ini selama sepekan pemantauan rajin sekali mengunggah berita terkait bahkan soal sejak 2020. Saat itu pimpinan KPK Novel Baswedan sudah ingin menangkap Harun Masiku terlebih dahulu.
Kemudian akun @oposisicerdas juga cukup sering mengunggah kabar soal kasus ini mulai soal ancaman Hasto yang akan mengungkap video soal skandal korupsi para pejabat, Hasto ‘gembong’ koruptor, hingga Hasto dan Jokowi sama jahatnya. Akun ini lebih sering mengunggah berita yang berdampak negatif dan menyudutkan Hasto.
Penetapan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus Harun Masiku memicu sorotan besar baik dalam media pemberitaan maupun media sosial. Media menyoroti Megawati dan respons kontroversial Hasto, sementara warganet ramai membahas isu kriminalisasi dan konspirasi politik melalui tagar populer seperti #Jokowibencananasional. Kasus ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara hukum, politik, serta opini publik di Indonesia.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang secara real time kunjungi percobaan gratis di netray.id.
Editor: Ananditya Paradhi