Untuk memperingati hari kemerdekaan yang ke-75 Republik Indonesia, Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan menerbitkan pecahan uang baru bernilai Rp 75.000. Uang baru ini bergambar mantan Presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta.
Penerbitan ini merupakan kelanjutan dari tradisi yang pernah dilakukan oleh BI di masa lalu, yakni dengan menerbitkan uang yang digunakan sebagai penanda kemerdekaan Indonesia setiap 25 tahun. Pada tahun 1970, BI mengeluarkan 9 keping uang logam dengan pecahan mulai dari Rp 200 hingga Rp 25.000.
Selanjutnya pada peringatan tahun emas, yakni di tahun 1995. BI kembali menerbitkan uang peringatan dengan pecahan sebesar Rp 300.000 dan Rp 850.000. Uang ini hanya untuk koleksi dan tersedia dalam bentuk kepingan.
Uang Baru di Mata Warganet Twitter
Mengingat begitu monumentalnya penerbitan uang baru bernilai Rp 75.000 ini, media moniitoring Netray ingin mencari tahu bagaimana respon masyarakat Indonesia. Dengan kata kunci “uang kertas” dan “uang baru”, Netray berhasil menemukan sejumlah data perbincangan dari sosial media Twitter selama periode 14 – 21 Agustus.
Cuitan yang mengandung kata kunci selama periode pemantauan berjumlah 3.655 postingan (gbr 1). Perbincangan warganet memunculkan sejumlah kata yang kerap muncul dalam cuitan seperti kata uang, kemerdekaan, baju, adat, rp75, hingga China (gbr 2). Paling banyak terjadi pada tanggal 17 Agustus 2020, pada saat hari peluncuran dengan 1.252 cuitan (gbr 3). Sejak tanggal ini, jumlah cuitan yang mengandung kata kunci berkurang secara gradual.
gbr 3
Sekian banyak cuitan ini mendapat impresi dari netizen Twitter sebesar 55.2ribu aktivitas antara lain melalui retweet, reply, maupun like. Besarnya angka impresi ini membuat cuitan yang berhubungan dengan penerbitan uang baru memiliki jangkauan potensial sebanyak 107,5 juta akun (gbr 4).
gbr 4
Sentimen Warganet Twitter
Sebagai sebuah produk kebijakan, uang baru pecahan Rp 75.000 tentu saja tak bisa lepas dari pro dan kontra. Masyarakat tak sedikit yang mencurahkan pendapatnya melalui platform Twitter, seperti yang telah dirangkum oleh Netray.
gbr 5
Setidaknya 1.082 cuitan dengan sentimen negatif mengemuka, sedangkan 828 cuitan lain memiliki nada positif selama periode pemantauan (gbr 5). Ada berbagai macam alasan mengapa muncul cuitan negatif oleh netizen Twitter.
Mengambil sampel cuitan pada tanggal 17 Agustus pukul 8 pagi hingga pukul 10, netizen mempertanyakan wacana redenominasi yang lebih dulu bergulir. Namun, mereka malah mendapatkan uang baru (gbr 6-8).
gbr 6 gbr 7 gbr 8
gbr 9 gbr 10 gbr 11
Pernyataan lain dengan sentimen negatif dari warganet antara lain; membayangkan keribetan penggunaan pecahan tujuh puluh lima ribu dalam transaksi sehari-hari, berharap pemerintah fokus ke masalah yang lebih penting, hingga rumor bahwa pecahan ini tidak dapat digunakan untuk bertransaksi karena hanya uang koleksi saja (gbr 9-11).
Sedangkan cuitan dengan sentimen positif juga memiliki sejumlah pernyataan, antara lain terkait desain uang, fungsi praktis, serta berkaitan dengan perayaan hari kemerdekaan (gbr 12-16). Netizen memperlihatkan antusiasme yang tinggi terkait kemunculan uang kertas dengan nominasi baru.
Siapa yang Meramaikan?
Berlanjut ke pertanyaan siapa saja yang meramaikan pembicaraan terkait penerbitan uang baru. Selama masa periode terlihat bahwa hampir tidak ada akun yang mendominasi perbincangan, terbukti top account dari perbincangan ini adalah bot @subtanyarl (gbr 17) dengan lebih dari 20 ribu interaksi.
Perbincangan di Twitter juga banyak terkonsentrasi di akun media massa. Sedangkan akun personal yang membahas wacana ini rata-rata berkisar di tiga ribu interaksi. Hal ini membuktikan bahwa wacana uang kertas bukanlah wacana yang didorong oleh buzzer, bahkan oleh mereka yang selama ini menjadi corong pemerintah.
Terlepas dari pro dan kontra atas kemunculan uang kertas bernominal 75 ribu rupiah ini, perbincangan di sosial media Twitter tampak sangat alamiah. Masing-masing sentimen tidak dibangun oleh sebuah kampanye, melainkan respon natural warganet terkait momentum yang jarang terjadi sehari-hari.