Bencana kekeringan dan kelaparan melanda warga Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Warga daerah tersebut telah mengalami kesulitan mendapatkan bahan pangan sejak 3 Juni. Pemerintah setempat kemudian menetapkan tanggap darurat mulai 7 Juni lalu. Namun perhatian pemerintah pusat baru muncul setelah ada yang meregang nyawa. Di tanah Papua yang kaya emas, warga miskin justru mati kelaparan.
Mengemas isu kelaparan di Puncak Jaya, Netray ingin memantau media massa daring selama 30 hari ke belakang. Dengan menggunakan kata kunci kelaparan&&papua serta krisis&&papua, selama periode 11 Juli-9 Agustus 2023 ditemukan 442 artikel dari 105 media menerbitkan topik ini. Media daring kerap mengemas topik ini dalam kategori Bencana (Disaster) dengan porsi sebanyak 65 persen atau 292 artikel. Disusul kategori pemerintahan dengan 123 artikel. Selanjutnya kategori transportasi hanya memperoleh 10 artikel.
Intensitas pemberitaan pada awal periode pemantauan yakni 11 Juli masih sangat landai. Baru pada tanggal 20 Juli hingga seterusnya, pemberitaan mengenai kekeringan dan kesulitan bahan pangan mulai bermunculan. Mengutip portal Media Indonesia warga di sana bahkan sudah mengalami kesulitan pangan sejak 3 Juni namun pemberitaan di media massa Indonesia baru terlihat menjelang pertengahan bulan Juli kemarin.
Pantauan Berita per Pekan Krisis Pangan Papua Tengah
Pada pekan pertama pemantauan, yakni tanggal 11-17 Juni, belum tampak sama sekali pemberitaan mengenai krisis pangan ini. Barulah pada pekan kedua tertanggal 18-24 Juli pemberitaan mulai muncul sedikit demi sedikit. Selama periode ini, 16 artikel dari 11 media menuliskan kejadian kekeringan di kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Terlihat pada jajaran kosakata populer di pekan kedua pemantauan, pemberitaan didominasi oleh datangnya bantuan dari Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Hal ini tercermin dari kata bantuan, panglima, puncak menjadi kata yang banyak digunakan dalam artikel pemberitaan yang muncul. Informasi mengenai TNI yang mengirim bantuan dapat dilihat pada kedua sampel berita di bawah ini, dituliskan oleh portal Kompas dan Tribun Papua.
Selain itu tampak kata distrik yang juga muncul sebagai kata yang banyak digunakan. Kata ini berkaitan dengan dua distrik di kabupaten Puncak yaitu Distrik Agandugume dan Lambewi yang di dalamnya terdapat kurang lebih 7000 warga mengalami kekeringan karena kondisi cuaca ekstrem, dan tidak ada hujan. Kondisi tersebut menyebabkan tanaman yang mereka punya busuk dan rusak. Begitu parahnya keadaan mengharuskan ribuan warga ini mengungsi Distrik Sinak. Sebelumnya Bupati Puncak sudah menetapkan tanggap darurat terhitung sejak 7 Juni sampai dengan 7 Agustus. Kabar ini seperti yang diwartakan oleh Viva dan JPNN.
Kemudian, pekan ketiga 25 -31 Juli terpantau pemberitaan semakin meningkat. Sebanyak 80 artikel dari 42 media membahas isu ini. Kata meninggal menjadi sorotan utama pemberitaan pekan ini. Hal ini terkait dengan kabar meninggalnya 6 warga. Keenam warga tersebut menemui ajal dalam kondisi lemas, sakit diare, panas dalam, sariawan dan sakit kepala. Mirisnya, meski telah banyak bantuan dikirimkan namun belum ada satupun yang sampai. Hal ini terjadi akibat faktor keamanan. Karena distrik Agandugume dan Lambewi masuk dalam masuk dalam wilayah perlintasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Kedua informasi itu seperti yang dituliskan portal Kompas dan Tribun Papua.
Kata presiden juga muncul cukup dominan pada periode ini. Hal ini merujuk pada kabar duka meninggalnya keenam warga membuat Jokowi memerintahkan jajarannya segera menangani dampak cuaca ekstrem di Papua Tengah secepat-cepatnya. Di samping itu terkait masalah keamanan, Presiden meminta TNI untuk membantu mengawal. Warta ini seperti yang diterbitkan portal KBR.id dan Aktual.
Terakhir, pekan keempat pemantauan tertanggal 1-9 Juli pemberitaan meningkat cukup signifikan. Tercatat sebanyak 343 artikel dari 90 media membahas isu ini. Kata yang muncul cukup populer yakni terkait cuaca. Faktor cuaca ekstrem dinilai sebagai penyebab kelaparan di Papua Tengah. Hal ini tampak ditegaskan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letjen TNI Suharyanto. Ia mengungkapkan bahwa fenomena ini memang hampir setiap tahun terjadi. Hujan es disebut menjadi penyebab tanaman milik warga tak dapat bertumbuh. Hal ini seperti yang dituliskan portal SuaraJogja pada Gambar 12.
Selain itu nama muhadjir juga terlihat mencuat pada jajaran kata populer ini. Nama ini terkait dengan Muhadjir Effendy Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) yang melakukan peninjauan langsung dalam rangka memenuhi instruksi presiden. Kunjungan Menko PMK yang didampingi Kepala BNPB ini diharapkan mampu menghasilkan solusi permanen untuk permasalahan di wilayah tersebut agar tidak terulang lagi kedepannya. Hal ini seperti yang diberitakan portal Tirto dan JPNN.
Respons Warganet Twitter terhadap Isu Krisis Pangan Papua Tengah
Di samping melalui pemberitaan media daring. Netray juga memantau media sosial Twitter untuk menangkap respons warganet terhadap kasus kelaparan dan bencana kekeringan di bumi Cendrawasih ini. Dengan menggunakan kata kunci dan periode yang sama, ditemukan 1766 cuitan dari 979 akun yang memperbincangkan isu ini. Cuitan dengan sentimen positif sedikit mendominasi dibanding sentimen negatif. Terpantau twit positif sebanyak 928 twit berbanding tipis dengan cuitan negatif dengan 810 cuitan.
Perbincangan topik ini cenderung landai pada awal perbincangan kemudian mulai pada 3 Agustus dengan 240 cuitan. Puncaknya terjadi tanggal 4 Agustus sebanyak 720 cuitan muncul. Pada tanggal ini perbincangan didominasi soal Menteri Sosial Risma yang menangis saat menceritakan kondisi warga kelaparan di Papua Tengah. Selain itu rencana Risma untuk bangun peternakan babi untuk mencegah krisis pangan juga muncul cukup dominan.
Akibat bencana kelaparan ini warganet Twitter pun turut bereaksi mulai dari prihatin hingga heran. Twit-twit tersebut memberi sentimen negatif bagi perbincangan. Seperti dari cuitan @BosPurwa yang mendominasi twit terpopuler dengan sentimen negatif. Ia bahkan mempertanyakan kembali kampanye Jokowi pada tahun 2019 untuk menjaga ketahanan pangan dengan proyek lumbung pangan, namun ironisnya ribuan warga Papua Tengah malah dilanda kelaparan.
Kritik lainnya datang dari akun @BangEdiii seperti yang tertera pada Gambar 17. Cuitan panjangnya mengungkapkan bahwa Papua Tengah kaya akan tambang emas namun tidak bisa mensejahterakan warganya dari kelaparan. Ia juga menyoroti stok emas di Bank Negara tak bertambah dan Jokowi tidak perhatian terhadap hal fundamental tersebut.
Adapula warganet yang menyoroti ekspor batu bara ke China justru telah membuat negara itu mampu swasembada pangan, namun warga Indonesia justru kelaparan, pemerintah sibuk impor beras, jagung, singkong, bahkan garam. Pernyataan itu seperti yang dituliskan oleh akun @GRUNGE_GO dan @ferizandra pada gambar di bawah ini.
Warganet lain juga mengkritisi bahwa seharusnya bencana kelaparan ini bisa diantisipasi lebih awal. Seperti yang dicuitkan akun @mbahsurip_sanse, ia menyangsikan kinerja Menteri Sosial, BNPB, hingga Presiden yang melakukan blusukan namun tak mampu menangani kelaparan. Hal serupa dituliskan akun @Mythicalforest bahwa masalah kelaparan ini perlu dicari akar masalahnya dan diberikan solusi jangka panjang.
Kemudian bila dilihat berdasarkan akun yang memperoleh reaksi paling banyak dari warganet, akun @BosPurwa menjadi yang teratas. Twitnya berisi kritikan untuk pemerintah mengapa kelaparan hingga sampai terjadi. Disusul dengan akun berita @CNNIndonesia dengan 3.861 reaksi dan @detikcom memperoleh 1.472 reaksi
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.