Bahan pangan favorit masyarakat Indonesia, tahu dan tempe sempat menghilang dari pasar. Hal ini berkaitan dengan kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku serta aksi mogok produksi yang dilakukan beberapa pengrajin tempe. Di lain sisi, pemerintah juga tengah mengupayakan langkah-langkah untuk menangani hal tersebut. Akan tetapi, langkah cepat yang diupayakan pemerintah ternyata masih menyisakan cuitan negatif di mata warganet. Apa yang menjadi kegelisahan warganet? Berikut pantauan Media Monitoring Netray.
Naiknya harga kedelai impor telah dirasakan Indonesia sejak krisis pandemi Covid-19. Pada Desember 2020 harga kedelai impor telah merayap mencapai harga Rp9.300-Rp9.500/kg dari harga Rp7.200/kg. Hal tersebut membuat produsen gusar dan geram hingga memutuskan untuk melakukan aksi mogok produksi.
Tahu dan Tempe dalam Media Berita
Berdasarkan fenomena tersebut, Netray memantau pemberitaan terkait kata kunci kedelai && impor, kedelai && mahal, dan tahu && tempe pada tanggal 1-13 Januari 2021. Hasilnya, ditemukan sebanyak 1.491 artikel dari 104 portal media membahas topik terkait dengan menyoroti kategori Ekonomi dan Pemerintahan.
Awal tahun 2021 ‘dirayakan’ produsen tahu dan tempe dengan aksi mogok kerja. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai yang mencapai angka sembilan ribu per kilogram. Pemberitaan yang mengawal aksi mogok tersebut banyak menyumbang sentimen negatif terhadap topik ini pada tanggal 1-3 Januari 2021. Hal ini terlihat dari grafik sentiment trend yang berhasil dihimpun oleh Netray.
Di awal pemberitaan, media menyoroti ‘jeritan’ produsen hingga pedagang warung makanan yang ikut merasakan imbas dari kenaikan harga bahan baku tersebut. Berbagai keluhan produsen hingga pedagang makanan menjadi sasaran utama bahan pemberitaan. Hal tersebut menyebabkan topik ini diselimuti pemberitaan bernada negatif hingga 3 Januari 2021.
Langkah Tegas Pemerintah
Tak berselang lama, pemberitaan bernada positif mulai disuarakan media. Setelah 3 hari mogok produksi, produsen tahu dan tempe mulai beroperasi kembali. Seperti yang diberitakan oleh Tribun News, salah satu produsen tempe di Jakarta Barat memutuskan untuk kembali produksi meski kebijakan terkait harga belum ditetapkan. Untuk menyelamatkan biaya produksi, beberapa produsen dikabarkan mengurangi ukuran tahu dan tempe. Selain itu, terdapat juga produsen yang memilih menaikkan harga.
Kejadian ini tentunya berhasil menyentil pemerintah. Media mulai menyoroti langkah-langkah yang diambil pemerintah, terutama Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menangani kelangkaan kedelai. Tak ayal, nama Syahrul Yasin Limpo sebagai Menteri Pertanian paling sering disorot bersama Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.
Dikutip dari Sindonews, seusai bertemu dengan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) pada 4 Januari 2021, Syahrul Yasin Limpo mengatakan akan meningkatkan produksi kedelai dalam negeri pada jangka pendek. Selain itu, Kementan juga akan mendorong petani untuk melakukan budi daya kedelai. Langkah tersebut dinilai mampu memecahkan permasalahan ini.
Selain Kementan, jajaran pemerintah lain yang menjadi sorotan ialah Kementerian Perdagangan (Kemendag). Menurut Sekjen Kemendag Suhanto, Kemendag sudah berkoordinasi dengan penyedia kedelai untuk menyiapkan bahan baku guna mencukupi kebutuhan kedelai dua bulan sampai tiga bulan mendatang. Di sisi lain, beberapa pihak juga mendesak Kemendag untuk memberikan sikap yang tegas jika menemukan kecurangan seperti adanya penimbunan yang dilakukan para spekulan.
Jika dilihat dari grafik peak time sebelumnya, topik ini mulai mereda sejak 8 Januari 2021. Akan tetapi, pemberitaan mulai memuncak kembali pada tanggal 11 Januari 2021. Langkah cepat Kementan diapresiasi oleh beberapa pihak, salah satunya ialah Komisi IV DPR-RI. Langkah taktis jangka pendek Kementan dinilai mampu menstabilkan pasokan dan harga kedelai di sejumlah daerah. Hal ini juga dirasakan oleh pengrajin tahu dan tempe di Kawasan Perum Kopti, Semanan, Jakarta Barat yang merasa terayomi dengan langkah yang telah dilakukan Syahrul Yasin Limpo.
Dikutip dari Detik, tepat pada tanggal 11 Januari 2021 dalam Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2021 Presiden Joko Widodo meminta kepada jajarannya untuk menyelesaikan persoalan sejumlah komoditas, terutama pada komoditas yang masih impor. Pengelolaan yang berkaitan dengan pangan harus diseriusi secara detail.
Warganet Kehilangan Tahu dan Tempe
Media Monitoring Netray juga melakukan pemantauan topik ini pada media Twitter. Pada tanggal dan kata kunci yang sama, Netray menemukan lebih dari 15 ribu twit dengan dominasi sentimen negatif sebanyak 9.105. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan sentimen pada portal media. Lantas apa yang membuat topik ini dibanjiri sentimen negatif?
Kelangkaan kedelai juga berimbas kepada berbagai kalangan, salah satunya adalah konsumen. Aksi mogok yang sempat dilakukan produsen beberapa waktu lalu justru mengakibatkan konsumen kesulitan mencari bahan makanan tersebut. Cuitan warganet yang berbau keluhan terangkum dalam fitur Top Complaint yang berhasil dihimpun oleh Netray. Diksi komplain yang paling banyak mendapat impresi dari warganet ialah kata kesel. Kata tersebut ditwitkan oleh akun @datukpancilok yang mengkritik impor vaksin dan kedelai dengan raihan impresi sebanyak 63 komentar, 735 like, dan 147 retweet.
Selain itu, pada jajaran Top Complaint juga terdapat kritikan yang ditemukan dalam diksi susah. Salah satunya adalah soal kelangkaan petani kedelai, seperti yang diungkapan oleh akun @ericwildannu dalam twitnya. Ia menilai, hal ini merupakan imbas dari keran impor kedelai yang terbuka lebar sehingga petani lokal tidak mampu untuk bersaing di pasar.
Tak hanya kritikan terhadap impor kedelai, keluhan terkait sulitnya mencari tahu dan tempe sebagai makanan sehari-hari juga diungkapkan warganet sehinga diksi susah nyari, susah dicari, susah bgt, dan susah banget menjadi Top Complaint dalam topik ini. Salah satu akun yang mengungkapkan kesulitan mencari bahan makanan ini ialah @abrianabee.
Berita terkait kelangkaan dan naiknya harga kedelai yang berimbas pada produksi bahan pangan menjadi ajang kritik bagi beberapa akun. Seperti akun @ustadtengkuzul yang mentwitkan sindiran bahwa di negeri ini tidak ada yang bisa menyalahkan pemerintah. Sontak cuitan ini mendapat ribuan like dan ratusan retweet. Oleh karena itu, akun @ustadtengkuzul masuk ke dalam Top Account Netray.
Demikian pantauan dari Netray terkait pemberitaan kelangkaan dan naiknya harga kedelai yang berimbas pada produksi tahu dan tempe. Pemerintah telah mengupayakan langkah sigap meski hal ini tidak berdampak pada turunnya harga kedelai. Di lain sisi, dampak sebagai negara importir baru dirasakan Indonesia di masa ini. Tak hanya produsen, imbas dari krisis pangan juga menggusarkan konsumen karena seperti diketahui, tahu dan tempe merupakan salah satu bahan makanan khas Indonesia.