Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai meningkat beberapa bulan terakhir di berbagai provinsi Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat hingga 1 Maret 2024 terdapat 16.000 kasus DBD di 213 kabupaten/kota dengan 213 kematian. Kasus DBD terbanyak terjadi di Tangerang, Bandung Barat, Kendari, Subang, dan Lebak. Merebaknya penyakit ini diperkirakan akan terus terjadi hingga April 2024.
Gejala awal demam berdarah biasanya berupa demam tinggi, muncul bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi dan otot, nyeri kepala, hingga mual, dan muntah. Penyakit ini akan menjadi semakin parah apabila tidak segera ditangani. Pasien bisa mengalami komplikasi hingga syok atau biasa disebut dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) yang bisa berujung pada kematian. Gejala yang muncul bila syok telah terjadi antara lain muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, kaki dan tangan pucat, nadi melemah, lesu, gelisah, perdarahan, hingga jumlah urin menurun.
Netray coba memantau perkembangan kasus DBD melalui pemberitaan media online. Dengan menggunakan kata kunci demam berdarah serta DBD. Hasilnya ditemukan 1,297 artikel dari 300 media daring yang membahas topik ini.
Intensitas pemberitaan terkait DBD muncul cukup banyak. Dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Pada awal periode pemantauan yakni tanggal 26 Maret 2024 muncul 45 berita. Jumlahnya terus meningkat dari hari kehari. Kemudian puncaknya terjadi pada 7 Maret sebanyak 104 artikel muncul terkait topik ini. Setelah sempat mereda, pemberitaan memuncak lagi pada tanggal 21 Maret yakni sebanyak 85 artikel muncul pada hari itu terkait meningkatnya kasus DBD di berbagai provinsi.
Sepanjang periode pemantauan, media massa banyak menyoroti kota serta kabupaten yang mengalami peningkatan signifikan jumlah pasien DBD seperti yang terlihat pada Gambar 3. Salah satunya kota Bandung yang mendapati 1.741 kasus penyakit DBD sepanjang 3 bulan pertama 2024.dengan 8 orang meninggal dunia. Di urutan selanjutnya Kota Kendari, 1.195 kasus, Kabupaten Bandung Barat 955 kasus, Kota Bogor 929 kasus, dan Kabupaten Subang sebanyak 824 kasus. Informasi ini seperti yang dituliskan porta Galamedia News dan Cakrawala pada Gambar 4.
Daerah lainnya terdapat Kabupaten Gunungkidul terdapat 311 kasus DBD dan menjadi yang tertinggi di DIY. Tak kalah tinggi, di Kota Bekasi hingga per 15 Maret, tercatat 441 orang terjangkit dengan 4 pasien meninggal. Selain itu ada kota Malang dengan 153 kasus dengan 1 pasien meninggal. Sedangkan di Riau muncul 218 kasus DBD dan menjadi yang tertinggi di provinsi tersebut. Beritanya dapat diamati pada gambar di bawah ini.
Selain itu media massa juga sering menyoroti kasus DBD pada anak-anak, terlihat kata anak menonjol pada kosakata populer. Jumlah pasien yang terkena DBD didominasi pasien anak mengingat kalangan ini masih rentan terhadap penyakit. Seperti yang terjadi di RSUD Jombang, dari 19 pasien 15 diantaranya merupakan anak-anak. Begitu juga di RSUD Klungkung dan RSUD Wongsonegoro Semarang peningkatan kasus masih didominasi pasien anak-anak. Bahkan di Jepara 11 anak meninggal serta kabupaten Ponorogo dengan dua anak meninggal dunia akibat menderita DBD.
Kata fogging juga masuk dalam sorotan media dalam memberitakan DBD. Berbagai provinsi sudah mulai menggencarkan fogging (pengasapan) melalui Dinas Kesehatan setempat. Seperti pernyataan Ketua RT di Perumahan Bumi Tegal Besar, Jember yang mengetahui warganya terjangkit DBD. Ia lalu mengusulkan ke Dinkes agar lingkungan perumahan dilakukan fogging. Butuh waktu dua hari, tim fogging dari Dinkes Jember untuk turun ke Perumahan tersebut.
Meskipun begitu Kepala Dinkes Mukomuko menganggap fogging bukan jaminan utama untuk memberantas nyamuk aedes aegypti. Fogging hanya sifatnya sementara, sebatas mengusir nyamuk berukuran besar, belum tentu dapat membunuh jentik-jentik nyamuk yang bersarang
Kemudian kata Jakarta juga sering disebut media massa. Lokasi ini lebih menjadi perhatian bila dibandingkan kota lainnya. Ibukota Indonesia ini disebut sebanyak 673 kali. Di Jakarta lonjakan kasus DBD terjadi paling tinggi di Jakarta Barat. Tercatat hingga Februari di Jakbar kasus DBID mencapai 627 kasus, terkhusus pada Februari muncul 208 kasus. Kemudian disusul Jakarta Selatan terdapat 149 kasus.
Dengan adanya peningkatan kasus, Plt Gubernur DKI Jakarta Heru Budi mengimbau masyarakat terutama kalangan anak-anak agar menggunakan pakaian lengan panjang dan minyak telon.
Topik Kasus DBD dalam Perbincangan Warganet X
Warganet di sosial media X juga banyak yang mengeluhkan dirinya atau orang terdekatnya terjangkit DBD. Dalam dua minggu terakhir perbincangan terkait penyakit ini mencapai 8,8 ribu unggahan dari kurang lebih 4,5 ribu akun.
Terlihat kata kena menjadi yang paling banyak digunakan warganet X. Melalui kata ini warganet menceritakan pengalamannya atau pun orang sekitarnya yang terjangkit DBD. Seperti yang dituliskan akun @rurulistyana, @_chocooreoo, @vvibu_akut, dan @neynyak31589.
Kemudian kata banget sering digunakan warganet dalam mendeskripsikan gejala DBD. Hal ini seperti yang diungkapkan beberapa akun @fansignim, @ngeteh_sore, @vidiptr, dan lainnya.
Ada pula kata wolbachia yang mendominasi perbincangan X. Hal ini dibahas oleh akun @DokterTifa bahwa penyebaran dengan sengaja nyamuk wolbachia yang lalu justru membuat kasus DBD naik 400%. Akun @Fatimah81819162 pun menekankan meski sudah masuk dalam persebaran nyamuk wolbachia, dirinya dan keluarga tetap menderita demam berdarah. Sedangkan liaasister menanyakan apakah penyebaran nyamuk tersebut benar-benar efektif untuk mengurangi kasus demam berdarah.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Ananditya Paradhi