Bahan Bakar Mesin jenis Premium dengan nilai oktan atau Research Octane Number (RON) 88 sudah resmi tak beredar sejak 1 Januari 2023. Kini giliran BBM Pertalite dengan RON 90 akan segera dihapus. Pertamina berencana mengganti Pertalite dengan Pertamax Green 92 yang memiliki nilai Oktan yang lebih tinggi yakni RON 92. BBM dengan oktan tinggi dinilai lebih irit bagi kendaraan karena pembakaran BBMnya lebih lambat.
Pertalite sendiri merupakan BBM yang banyak diminati terutama untuk masyarakat menengah dan bawah. Terbukti dengan penyaluran BBM Pertalite sepanjang semester pertama 2023 mencapai 14,8 juta kiloliter (KL) atau telah mengambil porsi sebanyak 45,4% dari total kuota tahun ini.
Netray mencoba mengamati ragam pemberitaan media massa terkait wacana penghapusan pertalite. Dengan menggunakan kata kunci pertalite && pertamax green ditemukan 249 artikel dari 79 media menerbitkan topik ini sepanjang periode 30 Agustus – 6 September 2023.
Intensitas pemberitaan menunjukan laporan media massa daring terkait isu ini mulai muncul pada tanggal 30 Agustus kemudian jumlahnya memuncak pada 31 Agustus dengan 123 artikel muncul pada hari itu. Jumlah pemberitaan lalu mulai menurun sedikit demi sedikit hingga akhir periode.
Sementara itu, media massa yang paling banyak memberitakan isu ini yakni portal Kompas dengan 25 berita, disusul Liputan6 sejumlah 20 artikel. Di posisi ketiga terdapat Katadata yang menerbitkan sebanyak 16 artikel. Selanjutnya masih ada nama-nama media besar seperti Detik, CNN Indonesia, hingga Majalah tempo.
Selama periode pemantauan dapat dilihat pada Gambar 4 kosakata populer menunjukan bahwa kata pertamina, pertamax, dan green menjadi kata yang paling sering digunakan oleh media massa. Hal ini terkait dengan Pertamax Green 92 akan menggantikan Pertalite yang akan dihapus pada 2024.
Pertamax yang kini beredar di pasaran namanya akan berubah menjadi Pertamax Green 92. Pertamax Green merupakan campuran Pertalite dengan 8 persen ethanol. Kabar tersebut seperti yang dituliskan portal Okezone dan Fajar pada gambar di bawah ini.
Kemudian nama Direktur Pertamina muncul cukup dominan. Terlihat pada kata nicke, direktur, dan widyawati. Hal ini terkait munculnya pernyataan Direktur Pertamina mengenai akan ditariknya Pertalite. Pernyataan tersebut muncul pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu, 30 Agustus.
Selain itu Pertamina juga berencana hanya akan menjual 3 produk BBM yakni Pertamax Green 92, Pertamax Green 95 dan Pertamax Turbo. Kebijakan ini dilakukan sejalan dengan program yang dicanangkan pemerintah untuk mengurangi polusi udara dengan menggunakan bahan bakar berbasis nabati atau bioenergi. Warta tersebut seperti yang tampak diterbitkan portal Kompas dan Katadata.
Selanjutnya kata etanol juga muncul cukup dominan dalam pemberitaan. Ihwal ini berhubungan dengan etanol yang digunakan sebagai campuran untuk mewujudkan BBM Pertamax Green. Dilansir dari laman Pertamina etanol merupakan senyawa kimia yang dikenal dengan sebutan etil alkohol atau alkohol. Senyawa ini menjadi salah satu jenis alkohol yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun di sisi lain, Menteri ESDM Arifin mengungkapkan bahwa Indonesia belum menghasilkan etanol. Produksi etanol baru tahap uji coba dengan mengandalkan pasokan tebu di Jawa Timur. Berita ini seperti yang dituliskan portal Majalah Tempo dan Detik.
Kemudian kata kajian dan rencana tampak mencuat dalam jajaran kosakata populer. Seperti yang diberitakan Detik dan Batam Today bahwa Pertalite menjadi Pertamax Green 92 masih dalam kajian internal Pertamina yang akan segera diusulkan kepada pemerintah. Meskipun bergitu, Menteri ESDM menegaskan bahwa pemerintah belum melakukan kajian mengenai usulan ini. Dia juga menekankan negara tidak punya anggaran untuk menyubsidi Pertamax Green 92, lantaran produk itu terlalu mahal kalau harus disubsidi.
Usulan ini ternyata juga menuai penolakan dari Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. Tampak dalam pemberitaan, Ia menilai rencana ini masih perlu dikaji lebih dalam terkait aspek teknis, keekonomian dan besaran subsidi untuk produksi serta distribusi. Dia juga menekankan bahwa jika usulan ini dilakukan sama saja dengan memaksa rakyat untuk membeli BBM yang lebih mahal serta memaksa negara untuk mengimpor bioetanol, karena produksi dalam negeri minim.
Pantauan Wacana Pertalite Dihapus di YouTube
Selain pemberitaan media massa, Netray juga coba memantau melalui kanal video YouTube sekaligus untuk mengetahui komentar warganet terkait usulan ini. Dengan menggunakan kata kunci pertalite&&pertamax green serta pertalite&&dihapus Netray menemukan sebanyak 155 unggahan video muncul selama periode pemantauan.
Dari total unggahan yang ada telah berhasil menarik warganet untuk menontonnya sebanyak 361,3 ribu kali. Tanggapan warganet pun cukup masih terlihat komentar yang muncul sebanyak 2.813 komentar yang didominasi oleh komentar bersentimen negatif sebanyak 1.716.
Intensitas unggahan video YouTube topik ini pada tanggal 30 Agustus hanya muncul 11 video seperti yang tertera pada gambar 11. Kemudian memuncak pada hari berikutnya sejumlah 97 video terpantau diunggah berbagai portal. Lalu hari-hari selanjutnya mengalami penurunan hingga akhir pemantauan.
Lagi-lagi media Jakob Oetama berhasil menempati posisi teratas dalam perolehan reaksi/impresi dari warganet Youtube. KompasTV mampu memperoleh impresi paling banyak dari warganet berupa komentar, likes dan views sebanyak 68.445 kali. Kemudian media dengan impresi terbanyak selanjutnya, masih dalam grup Kompas, yakni Tribunnews dengan perolehan impresi terpaut tipis sejumlah 64.241 kali. Di posisi ketiga terdapat Warta Kota Production yang hanya meraup impresi sebanyak 25.856 kali.
Video terpopuler sekaligus paling banyak ditonton oleh warganet datang dari kanal KOMPASTV. Unggahan yang berjudul “Pertamina Kaji Hapus Pertalite Diganti Pertamax Green 92, Harganya Bisa Lebih Murah?” berhasil meraih 336 komentar, disukai sebanyak 143 kali dan sudah ditonton oleh warganet sebanyak 31,4 ribu kali.
Unggahan ini menampilkan bincang-bincang dengan Daymas Arangga, Direktur Eksekutif Energy Watch. Video berdurasi 9 menit 11 detik ini mendapat komentar yang beragam dari warganet. Banyak warganet yang menyoroti soal harga seperti meminta harganya tak terlalu mahal disesuaikan kemampuan rakyat hingga disamakan dengan pertalite jika bisa lebih murah. Namun komentar negatif juga muncul cukup banyak, warganet mengomel harga BBM yang naik terus akibat negara dipimpin Jokowi, adapula yang menuduh bahwa ini akal-akalan Pertamina untuk menaikkan harga BBM.
Kemudian video yang paling banyak mendapat komentar warganet yakni sebanyak 480 komentar datang dari kanal Tribunnews. Unggahan yang berjudul “Respons Presiden Jokowi Soal Heboh Rencana Pertamina Hapus Pertalite dan Diganti Pertamax Green 92” menampilkan respons singkat Jokowi bahwa ia belum mengetahui usulan ini. Komentar negatif menyerang pribadi Presiden banyak muncul dari warganet. Warganet menggangap ia presiden yang tidak tahu apa-apa atau bahkan ada yang menduga Jokowi pura-pura tidak tahu.
Selanjutnya video yang paling banyak disukai oleh warganet datang dari akun personal bang djuple. Video ini berhasil mendapat 613 likes. Unggahan yang berjudul “OJOL SETUJU PERTALITE DI HAPUS?” menampilkan seorang pengemudi ojek online yang mengaku kini ia lebih banyak menggunakan pertamax dibandingkan pertalite karena sesuai dengan kebutuhan kendaraan bermotornya. Ia juga bertanya apakah warganet setuju bila tahun depan harus mengganti pertalite dengan pertamax. Jawaban dari warganet pun begitu beragam. Ada yang meminta pertalite dihapus namun harga pertamax harus diturunkan. Namun malah ada warganet yang justru lebih menyukai shell dibanding BBM dari perusahaan BUMN tersebut.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Ananditya Paradhi