Menyandang status sebagai salah gunung paling aktif di Indonesia membuat Gunung Merapi selalu mendapat perhatian khusus. Gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan DI Yogyakarta ini sudah berkali-kali meletus dalam kurun waktu satu abad. Namun, mitigasi yang maksimal membuat dampak dari letusan Gunung Merapi dapat diminimalisir.
Dan kali ini gunung tersebut kembali menunjukan aktivitasnya setelah terakhir meletus pada tahun 2010. Status Gunung Merapi kini ditetapkan dalam kondisi ‘Siaga’ mulai pada tanggal 5 November 2020. Dengan peningkatan status ini, maka setiap instansi yang terkait dengan mitigasi bencana gunung meletus harus segera menyiapkan diri.
Ada sejumlah langkah mitigasi yang harus dijalankan oleh para pemangku pekerjaan. Yang pertama kali harus dilakukan adalah menentukan radius jarak aman ketika terjadi letusan. Kedua adalah memberi himbauan kepada warga untuk menjauhkan diri dari wilayah sungai dan melakukan evakuasi jika perlu.
Selanjutnya adalah mempersiapkan kebutuhan dasar penanggulangan bencana, seperti masker dan pakaian tertutup bila mana terjadi peristiwa selanjutnya. Mengingat betapa pentingnya informasi terkait mitigasi bencana ini, Netray Media Monitoring ingin melihat bagaimana media massa meng-cover hal ini selama periode tertentu.
Situasi Pemberitaan Gunung Merapi Pra Status Siaga
Sebelum membahas bagaimana media massa di Indonesia menyampaikan informasi terkait mitigasi bencana atas penetapan status siaga Gunung Merapi, Netray akan menelusuri dinamika pemberitaan tentang situasi gunung tersebut. Dari pemantauan terlihat bahwa Gunung Merapi, meski tak berhubungan dengan aktivitas vulkanik, kerap menjadi magnet pemberitaan.
Salah satu topik yang dibicarakan adalah Merapi sebagai kawasan wisata yang populer bagi turis Indonesia. Wisata di kawasan ini secara spesifik disebut sebagai wisata alam. Yakni para turis mendapat pengalaman menikmati bentang alam Gunung Merapi yang menakjubkan.
Sebagian contohnya ada di bawah ini. Selama libur cuti bersama kemarin, Puncak Ketep terhitung dikunjungi hampir 10 ribu wisatawan.Wajar jika akhirnya dilakukan penutupan lokasi-lokasi wisata di sekitar Merapi oleh pemerintah setempat yakni Pemkab Boyolali, Pemkab Magelang, Pemkab Sleman, dan Pemkab Klaten.
Meskipun keputusan penetapan status siaga baru dilakukan pada tanggal 5 November, pemberitaan terkait situasi Merapi sudah dilakukan sejak lama. Dari pemantauan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), sudah dipastikan aktivitas Merapi akan semakin intensif dalam beberapa waktu yang akan datang.
Coverage Mitigasi Bencana dalam Media Massa
Mitigasi bencana merupakan tindakan yang wajib dilakukan pemangku jabatan terhadap rakyat yang terdampak bencana. Dalam upaya mitigasi pertama bencana Merapi kali ini adalah jarak aman atau radius terlarang dari prediksi pusat letusan sejak awal harus dipahami masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Hal ini berfungsi untuk menentukan siapa saja yang wajib diungsikan ke lokasi yang lebih aman. Termasuk juga penghentian aktivitas ekonomi rakyat hingga wisata alam.
Setelah informasi terkait radius dampak dipahami oleh masyarakat, upaya mitigasi bencana selanjutnya adalah memastikan lokasi pengungsian nyaman dan berfungsi dengan baik. Sejumlah daerah sudah menyiapkan tempat ini jauh hari mengingat Gunung Merapi yang kerap meletus. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilik sendiri lokasi pengungsian di Magelang dan memuji kelayakan lokasi.
Kepala daerah juga memegang peran penting dalam proses mitigasi bencana. Selain tanggap dalam persiapan penanggulangan, membuat kebijakan yang sangkil dan mangkus, pemimpin daerah juga penting bagi psikologis rakyatnya. Maka dari itu, pemimpin seperti Gubernur Hamengku Buwono terus mengingatkan masyarakatnya agar tidak panik dalam menghadapi bencana ini.
Beberapa upaya mitigasi juga sangat menyesuaikan lokasi dan kebutuhan masyarakat sekitar. Mengingat komunikasi dan penyebaran informasi dianggap penting dalam menanggulangi dampak bencana letusan Merapi, salah satu yang disiapkan adalah mendirikan pemancar sinyal di sejumlah tempat.
Karena bencana letusan vulkanik sangat berbahaya bagi pernafasan manusia, seperti yang dijelaskan di awal tadi, pemerintah harus menyiapkan masker yang nantinya akan dikenakan oleh para pengungsi dan relawan yang terlibat. Kebetulan juga sekarang masih dalam masa pandemi, sehingga fungsi masker ini bisa berganda.
Keberadaan pandemi covid-19 memberikan dimensi lain atas upaya mitigasi bencana letusan Gunung Merapi. Selain memperhatikan kebutuhan, kelayakan, kesejahteraan, dan keselamatan pengungsi, pemerintah juga harus memperhatikan kesehatan mereka. Maka dari itu pemerintah dari setiap kabupaten yang terdampak masih menerapkan aturan penanggulangan pandemi covid-19 seperti uji tes dan social distancing.
Problematika di lapangan tentu saja masih merintangi upaya mitigasi ini. Covid-19 tadi salah satunya. Meski sudah berusaha dengan maksimal, penyebaran virus dikalangan pengungsi tidak dapat dicegah 100 persen. Beruntungnya penerapan protokol di lokasi mampu mengidentifikasi pasien dengan cepat dan segera memberi perawatan yang layak.
Permasalahan lain adalah di sejumlah tempat, seperti di Cangkringan, Sleman dan Srumbung, Magelang. Jalur yang semestinya digunakan untuk evakuasi ternyata mengalami kerusakan dan dapat menghambat proses. Gangguan mobilitas semacam sangat berpengaruh dalam proses mitigasi. Untuk itu PT Pertamina memastikan pasokan BBM dan LPG masih aman selama bencana.
Berikut tadi adalah gambaran upaya mitigasi bencana yang disarikan dari 950 liputan media massa selama periode 2-9 November 2020. Selain menjadi informasi untuk publik luas, penyajian laporan semacam ini juga penting bagi upaya mitigasi bencana itu sendiri. Mengingat bencana seperti letusan Gunung Merapi kerap muncul dan akan terjadi lagi selama gunung berapi masih aktif, laporan bisa menjadi rekam jejak untuk mengevaluasi proses mitigasi dan menemukan formulasi penanggulangan yang lebih baik di kemudian hari.