Sebuah selentingan sempat membuat publik dalam negeri heboh akhir minggu lalu. Dua perusahaan jasa transportasi online yang menguasai sebagian besar pasar nasional, yakni Grab dan Gojek dikabarkan akan menggabungkan diri. Isu semacam ini tentu saja mengundang tanggapan dari masyarakat yang diwakilkan oleh warganet Twitter.
Selama ini persaingan dunia transportasi online bisa dibilang cukup keras. Bidang ini pada awalnya merupakan teritori yang tak terpetakan. Sejumlah startup terjun dan berlomba untuk menjadi pioner. Antara lain: Gojek, Grab, Uber, hingga cGO. Namun hanya Grab dan Gojek yang mampu menancapkan gigi, sedangkan startup lainnya mau tak mau harus tersingkir dari persaingan.
Anehnya kedua perusahaan ini bukannya bertahan untuk menjaga persaingan usaha, tetapi malah berencana untuk menyatukan diri atau merger. Dan akhirnya rencana tersebut mencapai telinga warganet yang sebagian besar adalah pelanggan jasa mereka.
Lantas bagaimana rupa perbincangan warganet Twitter menanggapi fenomena tersebut? Untuk itu Netray Media Monitoring sempat melakukan pemantaun lini masa Twitter selama periode sepekan yang lalu. Yakni sejak tanggal 27 November hingga 4 Desember 2020. Yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Wacana Merger Grab dan Gojek dalam Lini Masa Twitter
Untuk merangkum perbincangan warganet Twitter kala membahas wacana merger Grab dan Gojek, dapat digunakan diagram kata populer (Top Words). Diagram ini berisi kata yang paling sering muncul dari cuitan warganet yang mengandung kata kunci pemantauan. Terdapat sejumlah kata yang menarik perhatian dan tentu saja yang frekuensi kemunculannya paling tinggi.
Yang pertama dari dalam daftar adalah kata merger. Kata ini menjadi predikat paling dasar yang membentuk peristiwa. Merger dalam KBBI berarti penyatuan usaha sehingga tercapai pemilikan dan/atau pengawasan bersama. Penyatuan ini membuat banyak netizen bingung. Seperti sejumlah akun di bawah ini yang mempertanyakan nama yang akan digunakan.
Tentu saja akan ada sejumlah konsekuensi ekonomi dan bisnis dari upaya merger ini. Seperti yang diungkapkan akun @TalkinAndy dan @arifmuharram bahwa era bakar duit, yang sangat khas perusahaan startup, akan segera berakhir. Tetapi masyarakat akan tetap menggunakannya karena sudah ketergantungan.
Selanjutnya adalah kata promo. Kata ini memiliki nuansa kekhawatiran karena ketika merger benar-benar terjadi, pelanggan akan kehilangan promo murah. Sudah tidak ada dua pihak yang bersaing kembali, sehingga tak perlu menarik minat pelanggan dengan memberi penawaran yang murah. Perusahaan akan menjadi overpowered seperti tokoh Dragon Ball dan pelanggan akan kehilangan promo untuk mereka.
Dua kata di atas tadi adalah kata yang paling sering muncul dalam perbincangan warganet Twitter selama proses pemantauan. Selain itu terdapat juga kata yang menarik perhatian antara lain adalah monopoli dan brand.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang paling dikhawatirkan atas merger Grab dan Gojek adalah perusahaan hasil gabungan akan melakukan praktik monopoli karena tidak memiliki pesaing kembali. Padahal menurut Undang-Undang Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Sementara itu warganet juga membicarakan bagaimana mengelola brand dari proses merger ini. Ada yang menyebut bahwa brand yang digunakan pasca merger adalah Grab dan perlahan brand Gojek akan menghilang.
Akun Populer dalam Perbincangan Merger Grab dan Gojek
Selain mengamati kata yang paling sering muncul dari cuitan warganet Twitter, pembahasan berlanjut pada siapa saja yang paling berpengaruh dalam wacana ini. Mereka merupakan poin penting dalam peta perbincangan warganet. Akun dengan engagement yang tinggi, dapat memberi corak tertentu dalam sebuah wacana.
Seperti cuitan dari akun @ezash yang membuat lelucon atas upaya merger ini. Jadi ketika seseorang memesan ojek online via Gojek, driver-nya akan datang dengan mengenakan jaket Grab dan helm Uber (jasa ojek online yang sudah menutup usahanya di Indonesia). Ia juga mempertanyakan status resmi dari proses ini.
Begitu juga dengan akun @ojol_ngapak47. Akun ini juga mengunggah video lelucon yakni dua orang pengemudi ojek online berjoget dan salah satu dari mereka dengan sengaja menyenggol yang lain hingga terjatuh.
Bahkan akun @outofcontext_id, yang mendapat interaksi tertinggi dalam pemantauan Netray, juga melempar lelucon berupa foto seorang driver ojek online yang mengenakan jaket gabungan antara Grab dan Gojek.
Keberadaan lelucon dalam menanggapi wacana ini membuktikan warganet tak terlalu ambil pusing dengan rencana merger tersebut. Selama masih menyediakan layanan dan kemudahan seperti dahulu.
Selama periode pemantauan, didapatkan 2.235 buah cuitan dari warganet Twitter. Cuitan ini mendapat interaksi setidaknya 2,2 juta kali dalam bentuk like, reply, maupun retweet. Besarnya interaksi tersebut berdampak pada potensi jangkauan isu yang dapat mencapai 58,9 juta akun.
Isu ini sendiri masih belum mendapat titik terang secara resmi, meski sejumlah pemberitaan menyebutkan antara Grab dan Gojek sudah sangat dekat. Beberapa pihak juga menyangsikan rencana merger ini karena hampir setiap tahun selalu berhembus. Apakah pembaca termasuk yang bersemangat dengan upaya merger ini?