HomeCurrent ReportApresiasi Film Eksil, Kisah WNI Terasing yang Tayang Terbatas di Bioskop

Apresiasi Film Eksil, Kisah WNI Terasing yang Tayang Terbatas di Bioskop

Published on

Puluhan tahun terdampar di negeri orang tanpa bisa pulang, terlunta-lunta, dicap pembangkang, hingga dibekukan paspornya setelah peristiwa G30S PKI. Satu-satunya pilihan adalah mengambil status kewarganegaraan di mana mereka berkuliah seperti Belanda, Rusia, Ceko, Swedia dan lainnya. Mereka adalah “eksil” orang-orang yang diasingkan dan bahkan dicabut status kewarganegaraannya. Kisah ini dirangkai oleh Lola Amaria dalam sebuah film dokumenter panjang berjudul “Eksil”.

Nasib para eksil ini baru mendapat pencerahan pada tahun 2023. Pemerintah mulai membahas pemulihan korban pelanggaran HAM berat masa lalu yang tertuang dalam keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pembentukan Tim Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat Masa Lalu.

Tak main-main, film dokumenter ini butuh bertahun untuk menyelesaikannya. Hingga pada tahun 2023 “Eksil” rilis dan diputar di berbagai festival film dan berhasil meraih penghargaan film dokumenter terbaik di Festival Film Indonesia 2023. Kini film tersebut masuk layar lebar Indonesia mulai 1 Februari 2024 sehingga dapat disaksikan oleh lebih banyak orang lagi.

Netray ingin mengetahui opini hingga kesan warganet Twitter (X) terhadap cerita mendalam dari warga Indonesia yang terasing. Dengan menggunakan kata kunci ‘eksil’ selama periode 31 Januari hingga 6 Februari 2023, ditemukan sebanyak 8,7 ribu unggahan membahas film ini. Sentimen positif lebih tinggi dari sentimen negatif, namun tidak begitu dominan.

Gambar 1. Statistik perbincangan X topik film ‘Eksil’

Intensitas perbincangan film ini tampak fluktuatif sejak tanggal perilisan dengan puncak terjadi pada 6 Februari sebanyak 2,1 ribu unggahan. Pada tanggal tersebut banyak warganet yang telah menonton memberi penilaian terhadap film ini, mulai dari menangis hingga marah.

Gambar 2. Intensitas perbincangan warganet X

Akun @TarizSolis beropini bahwa ‘Eksil merupakan film dokumenter penting dan berani, serta memberikan perspektif baru fase terkelam dalam sejarah Indonesia. Ia memuji dokumenter ini tak membosankan meski berdurasi panjang. Selain itu ia juga merasa tersentuh melalui wawancara para eksil hingga menitikkan air mata saat menontonnya. Dengan komentarnya yang panjang lebar akun ini berhasil menjadi yang terpopuler sepanjang periode pemantauan. Unggahannya mampu memperoleh reaksi berupa likes, comment, dan repost dari warganet sebanyak 5,8 ribu kali. Unggahan akun pengulas film ini dapat diamati pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Jajaran akun populer

Lalu ada akun @chriswibisana yang menjadi terpopuler kedua dengan perolehan impresi 4,234 interaksi. Chris tampak memaparkan fakta bahwa tiga eksil yang tampil dalam film telah berpulang namun kematiannya tidak sempat tercantum di kredit. Mendiang tersebut yakni Asahan Aidit, wafat pada 5 November 2020, Chalik Hamid wafat pada 13 Juli 2022, dan Sarmadji yang wafat pada 17 Desember 2022. Ia juga merekomendasikan bacaan  fiksi dengan tema serupa yaitu cerita pendek “Tanah Air” karya Martin Aleida. Cuitan Chris terlihat pada gambar di bawah ini.

Kemudian akun @Hzboy, Hestia, seorang pegiat literasi mengaitkan Pilpres mendatang dengan ‘Eksil’. Film ini baginya menjadi bekal agar tidak salah memilih paslon untuk pemimpin Indonesia mendatang. Hestia juga menyarankan bacaan berjudul Jakarta Method karya Vincent Bevins untuk melengkapi pengetahuan global tentang reaksi dunia pembantaian tahun 1965 dan hal terkait. Hestia juga menekankan bahwa pemutaran film Eksil masih terbatas sehingga jika pemutaran tersedia sebaiknya jangan dilewatkan.

Sementara itu akun @sejutaluka, Hadi Putra, mengungkapkan kekecewaan sekaligus kesedihannya saat menonton film ini 3 Februari lalu, hanya ada kurang lebih 20 orang berada di bioskop. Menurutnya film ini sebagai bentuk untuk mengingat sejarah dan melawan impunitas; pembebasan dari hukuman.

Gambar 7. Opini warganet

Sedangkan admin akun @HabisNontonFilm merasa tergetar hatinya setelah menonton dokumenter ini. Baginya film ini berhasil mengangkat sisi kemanusiaan dari 10 orang eksil. Unggahan akun ini mampu memperoleh reaksi dari warganet X sebanyak 3.012 impresi.

Emosi negatif lainnya muncul dari akun @afutami, seorang ekonom lingkungan. Ia merasa marah karena membayangkan bangsa Indonesia kehilangan besar akan kaum terpelajar yang dihapus secara sistematis—dihilangkan, dibunuh, dan diasingkan. Dia juga membandingkan generasi sekarang dengan para eksill yang lebih bisa merasakan kemewahan demokrasi dan akses informasi justru mudah melepaskan idealisme.

Gambar 9. Opini warganet

Tak seberuntung lainnya yang bisa menonton dengan lancar dokumenter ini, akun @gruusomeflower tampak membagikan pengalamannya menyaksikan dokumenter ini  di Cinepolis Plaza Semanggi, Jakarta Selatan. Di tengah pemutaran film justru layar menunjukan red grain sehingga film tidak bisa dilanjutkan. Keluhannya ini berhasil menarik perhatian warganet lainnya sebanyak 959 reaksi.

Gambar 10. Opini warganet

Keluh kesah lainnya yang muncul dari warganet tampak beberapa kota tidak menayangkan film ini padahal mereka ingin menonton dokumenter ini. Kota-kota tersebut antara lain Padang, Palembang, Makassar bahkan kota besar seperti Semarang tak kebagian jatah. Keluhan warganet tersebut dapat diamati pada gambar di bawah ini.

Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.

Editor: Winda Trilatifah

More like this

Kenaikan PPN 12% dan Gelombang Protes Warganet X: Bantuan Pemerintah Dianggap Tak Sebanding

Pemerintah akhirnya memutuskan untuk tetap menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada senin...

Tenggelam dalam Arus Sentimen Negatif, Gus Miftah Akhirnya Mundur

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah menjadi sorotan publik baru-baru ini...

Kebijakan Kenaikan PPN 12%, Gelombang Negatif Penuhi Linimasa X

Jelang akhir tahun 2024, kabar mengejutkan datang dari Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Pajak Pertambahan...