Media sosial bukan lah tempat yang ramah untuk pikiran yang sedang tumbuh dewasa. Dalam sebagian besar platform, tidak ada batasan bagaimana warganet dapat mencurahkan gagasannya. Kebebasan berpendapat (freedom of speech) menjadi metanarasi atas semua aktivitas warganet di sosial media.
Prinsip ini nampaknya menjadi semakin menebal di platform Twitter atas situasi kerok yang terjadi akhir-akhir ini. Dan yang menjadi biangnya adalah komentar selebritis Nikita Mirzani yang dihubungkan dengan kepulangan Rizieq Shihab dari Arab Saudi. Seperti bara dalam sekam, komentar tersebut dengan cepat menyebar membakar perdebatan warganet.
Dalam sebuah unggahan di platform media sosial lain, Nikita Mirzani menyebutkan bahwa “Gara-gara Habib Rizieq pulang sekarang ke Jakarta, penjemputannya gila-gilaan. Nama habib itu adalah tukang obat. Screenshot!“. Tak berselang lama, ujaran ini direspon oleh seorang pendukung HRS bernama Maaher At-Thuwailibi.
Maaher membalas dengan menyebut bahwa tukang jual obat jauh lebih mulia dari lonte jalan penjual selangkangan. Dari sinilah istilah ‘lonte’ menjadi trending Twitter Indonesia sejak kemarin. Perselisihan ini menarik banyak pendukung dan akhirnya linimasa menjadi sesak penuh ujaran cacian dan makian. Dan seperti yang disebutkan sebelumnya, media sosial dalam hal ini Twitter, menjadi tempat yang berbahaya bagi pikiran yang belum dewasa.
Berkaca pada situasi tersebut, Netray Media Monitoring ingin melihat seberapa besar pengaruh perseteruan ini pada perbincangan warganet di linimasa Twitter Indonesia. Periode pemantauan diambil mulai sehari sebelum kepulangan Rizieq Shihab hingga tanggal 15 November kemarin.
Daya Tarik Masif Obrolan tentang Lonte
Berbekal kata kunci dan periode pemantauan, Netray menemukan beberapa kata yang kerap muncul dalam cuitan warganet. Bisa dilihat dari grafik Top Words di bawah ini. Kata seperti lonte, tukang, hina, hingga selangkangan, meskipun ini bukan bahasa yang pantas untuk didengar, dampak dari perdebatan ini ternyata mendapatkan respon sangat masif dari warganet.
Pertama, dari jumlah cuitan yang diunggah oleh warganet. Sejak wacana ini bergulir, setidaknya terdapat 226 ribu lebih cuitan. Pada tanggal 12 November, yakni saat Nikita Mirzani menjadi trending untuk pertama kalinya, terdapat 17 ribu lebih cuitan. Yang bahkan dari diagram tersebut terlihat bahwa balok di tanggal ini terlihat sangat rendah jika dibandingkan dengan data sesudahnya.
Pada tanggal 13 November, perbincangan dengan kata kunci ini melejit hingga 51 ribu kali cuitan. Hal yang sama terjadi keesokan harinya. Tak ditemukan perbedaan kuantitas cuitan yang signifikan. Baru pada tanggal 15 November, pembicaraan warganet Twitter mengalami puncaknya. Dengan total 90 ribu lebih cuitan warganet pada hari itu.
Jumlah ini semakin bombastis kala menengok respon warganet terhadap sekian banyak cuitan di Twitter. Dari sekian banyak cuitan di atas tadi, Netray berhasil menghimpun respon sebesar 654 juta interaksi. Baik itu dari reply, retweet, maupun dari like yang dilakukan pengguna Twitter terhadap cuitan yang menjadi bagian perbincangan terkait Nikita Mirzani.
Tentu saja dari ratusan juta interaksi ini kemungkinan hanya akan bersirkulasi kembali ke sejumlah pengguna Twitter saja. Tetapi bagaimanapun juga perbincangan ini secara potensial dapat menjangkau hingga 208 juta akun Twitter. Dengan fakta ini, warganet Indonesia disebut sangat intensif dalam membahas isu ini. Dan ketika yang dibicarakan sangat tidak pantas, seperti penggunaan kata ‘lonte’ yang berulang-ulang, tentu bisa menjadi kritik terhadap bagaimana upaya warganet mempertahankan prinsip Freedom of Speech.
Influencer Unjuk Suara
Salah satu faktor mengapa perbincangan tentang ‘lonte’ ini menjadi viral dan menghasilkan angka-angka yang bombastis ini adalah kehadiran influencer di sini. Beberapa dari mereka memang kerap memberi komentar pada isu-isu sosial yang sedang berkembang. Mereka memanfaatkan platform ini untuk menyampaikan pandangan atau pendapat pribadi.
Seperti komentar pelawak bernama Bintang Emon yang memiliki pengikut sebanyak 1,3 juta follower. Ada dua cuitan darinya yang terindeks oleh Netray. Di sini Bintang Emon mengkritisi penggunaan kata ‘lonte’ selama acara Maulid Nabi. Cuitan ini mendapat respon sebanyak 53 ribu likes dan 7 ribu retweet.
Selanjutnya dari sutradara film Angga Dwimas Sasongko. Bagi pembesut film NKCTHI ini, Nikita berani menghadapi permasalahan hukum ketika membuat sensasi. Sedangkan lawannya harus mangkir ke luar negeri selama 3,5 tahun hingga dideportasi. Tanpa menyebut sosok lebih jauh lagi, Angga berseloroh jika Nikita yang ia maksud adalah tetangganya.
Selanjutnya dari akun milik Gia Pratama yang membayangkan bahwa enak menjadi Habib. Pulang dari luar negeri disambut banyak orang. Tidak perlu karantina selama 14 hari. Langsung disambut Gubernur. Dapat menyelenggarakan acara yang juga dihadiri ribuan orang. Mendapat bantuan masker dari pemerintah. Tak ada yang berani memprotes, semua bahagia. Gia adalah seorang dokter dan tentu saja cuitan tersebut merupakan sebuah sarkasme.
Lantas bagaimana pendapat warganet lain yang tidak terjaring dalam Top Account? Terutama komentar mereka yang membuat kata ‘lonte’ menjadi nasional. Akun milik aktivis Soe Tjen Marching menyebutkan kalau bisa jadi lonte itu lebih jujur daripada orang munafik yang berjualan agama. Sedangkan Mrs Euscha merasa jika mendidik anaknya yang Kristen, padahal ia muslim, lebih mudah daripada orang tua yang mengajarkan Islam setelah melihat kata ‘lonte’ disebut puluhan kali di acara Maulid.
Akun @cigaretteandme menunjukan kontradiksi antara yang ia dengar terkait kewajiban seorang muslim untuk tidak menghina. Tetapi tidak berselang dia mendengar umpatan yang sangat merendahkan. Akun @ranggavega mencuitkan pernyataan yang sedikit banyak mirip dengan cuitan Angga Sasongko.
Terakhir akun @Riaraw1 membela Nikita Mirzani dari serangan penghinaan lonte dan bisa saja malah yang masuk surga karena sering bersedekah. Barangkali juga orang yang dianggap alim itu malah masuk neraka karena kerap memprovokasi dan menyebar ujaran kebencian.
Sungguh wajah media sosial di Indonesia kali ini sangat memprihatinkan. Beredarnya ujaran yang penuh istilah negatif sangat tidak pantas untuk dipertontonkan. Harus ada yang memberi contoh bagaimana kehidupan sosial yang lebih nyaman sekaligus harmonis.