Belum sampai duka atas aksi terorisme di Makassar yang menyasar Gereja Katolik dua pekan lalu terobati, publik kembali diperlihatkan tindakan teror di depan Mabes Polri. Seorang perempuan masuk ke dalam lingkungan Mabes sembari mengacungkan benda yang diduga senjata api. Perempuan tersebut tak dapat diselamatkan karena mengancam nyawa penegak hukum.
Dengan peristiwa teror yang terjadi secara berdekatan, pihak berwajib dipastikan bekerja lebih ekstra lagi. Satuan khusus anti terorisme milik Polri, yakni Detasemen Khusus (Densus) 88, mendapat tantangan untuk membereskan masalah ini. Upaya mereka akan dilihat sebagai keseriusan pemerintah dalam menanggulangi isu terorisme di Indonesia.
Kiprah Densus 88 ini tentu saja tidak akan lepas dari perhatian publik. Media massa memiliki peran yang sangat signifikan dalam menyebarkan informasi terkait bagaimana upaya Densus 88 memberantas terorisme.
Pasalnya hanya media massa yang bisa mendapat akses peliputan terhadap aktivitas mereka. Oleh sebab itu, Netray Media Monitoring melakukan pemantauan pemberitaan surat kabar daring untuk mencari tahu bagaimana posisi Densus 88 di hadapan publik pembaca berita.
Laporan Statistika Upaya Counter Terrorism Densus 88
Pemantauan sepak terjang Densus 88 di media massa kali ini dimulai dengan menentukan kata kunci pemantauan. Netray ingin melihat bagaimana media massa melakukan pemberitaan tentang proses penangkapan tersangka teroris sebagai aksi counter terrorism pasca bom Gereja Makassar. Maka dari itu kata kunci yang digunakan adalah densus 88, penangkapan, dan penggeledahan.
Periode pemantauan juga menjadi variabel yang determinatif mengingat wacana ini adalah keberlanjutan dari pemberitaan aksi bom. Karena peristiwa nahas tersebut terjadi dua pekan yang lalu, Netray menetapkan tanggal 28 Maret hingga 7 April sebagai periode pemantauan. Dalam periode ini pemberitaan dengan kata kunci sedang banyak-banyaknya.
Hasilnya adalah selama periode pemantauan muncul 1.785 laporan yang hampir keseluruhan berita tergolong dalam kategori berita hukum. Berita sebanyak itu diterbitkan oleh 111 media massa daring dalam negeri. Dengan Suara, Detik, dan Tribun News sebagai kantor berita yang paling banyak menuliskan aksi Densus 88.
Netray Media Monitoring melihat tingginya sentimen negatif dalam pemantauan kali ini, yaitu terdapat 1.047 laporan yang terindeks memiliki sentimen negatif. Sementara itu, hanya ada 305 artikel yang ditulis dengan sentimen positif.
Puncak pemberitaan terjadi pada tanggal 29 Maret 2021 atau di awal periode pemantauan, meski pemantauan dilakukan hingga sepekan lebih setelahnya. Setelah itu frekuensi pemberitaan menurun secara kuantitas hingga akhir periode pemantauan. Simak penjelasan lebih lanjut mengapa grafik pemberitaan bisa berbentuk sedemikian rupa.
Upaya Penangkapan Terduga Teroris, Sejumlah Tempat Sekali Waktu
Densus 88 bergerak serentak. Sejumlah rumah terduga teroris digerebek dan beberapa dari mereka ditangkap. Lantas di mana saja Densus 88 bergerak memburu para tersangka? Netray Media Monitoring menggunakan fitur entity extract untuk mendapatkan gagasan tentang lokasi penggerebekan.
Terlihat dari grafik di atas bahwa sejumlah daerah di Indonesia berhasil disarikan Netray dari ribuan berita. Tidak semua daerah bisa diasumsikan sebagai daerah aksi Densus 88. Hanya wilayah yang dirasa partikular saja yang memiliki peluang terbesar. Data ini juga akan disilangkan lagi dengan pemantauan penerbitan judul berita.
Lokasi penangkapan terduga teroris antara lain di daerah Sulawesi Selatan tepatnya di Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, kota Makassar; Desa Sukasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi; Condet, Jakarta Timur; Kota Bima, Nusa Tenggara Barat; Kabupaten Klaten, Jawa Tengah; hingga Kabupaten Tulungagung di Jawa Timur. Semua penangkapan ini terjadi hanya dalam waktu satu pekan saja.
Netray juga memantau siapa saja sosok yang terlibat dalam wacana ini. Untuk mendapatkan pandangan atas data tersebut, kembali digunakan fitur ekstrak entitas dengan variabel person/orang. Apa yang dihasilkan Netray cukup mengejutkan. Yakni alih-alih menghasilkan nama sosok secara lengkap, Netray menangkap sejumlah nama terduga teroris dalam format inisial.
Keempat inisial dari grafik di atas adalah terduga teroris dari penangkapan Densus 88 di kawasan Condet, Jakarta Timur dan Bekasi, Jawa Barat. Mereka adalah ZA, AA, AJ, dan DS. Polisi juga menemukan barang bukti dalam penangkapan tersebut berupa 5 buah bom aktif.
Entitas terakhir yang perlu mendapat perhatian adalah organisasi. Terorisme kerap kali dilakukan dalam sebuah jaringan, alih-alih dilakukan oleh individu. Hal ini menunjukan bahwa masalah terorisme bukan hal yang baru di Indonesia. Pergulatan ideologi di dalam masyarakat telah melahirkan kelompok-kelompok radikal yang termanifestasi ke dalam jaringan teroris.
Dari ekstrak entitas organisasi, Netray menemukan setidaknya satu kelompok teroris yang disasar oleh Densus 88 dalam aksi penangkapan kali ini. Kelompok tersebut bernama Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Mereka adalah pelaku pengeboman di depan Gereja Makassar baru-baru ini dan di Surabaya tahun 2018 silam.
Yang menarik adalah kemunculan entitas Front Pembela Islam (FPI), organisasi massa yang telah dibubarkan oleh pemerintah. Diketahui bahwa sejumlah terduga teroris yang ditangkap oleh Densus 88 mengaku simpatisan ormas FPI. Hal ini tentu menambah daftar hitam ormas yang pernah dipimpin oleh Rizieq Shihab.
Menyelami wacana terorisme di Indonesia, seperti mendapati bara yang tertimbun bukit sekam. Jika dibiarkan saja, bara tersebut dapat membakar negeri menghapuskan bangsa Indonesia. Butuh perhatian khusus dari pemerintah serta kesigapan aparat seperti Densus 88. Wacana ini juga perlu mendapat dukungan dari masyarakat. Karena bagaimanapun juga masyarakat sendiri yang tahu apa yang sedang bergejolak di dalam diri mereka.