HomeCurrent ReportBeras Mahal dan Langka, Silang Sengkarut Kebijakan Impor dan Bansos Pemerintah

Beras Mahal dan Langka, Silang Sengkarut Kebijakan Impor dan Bansos Pemerintah

Published on

Beras mahal dan kian langka, kini mulai diteriakkan oleh warganet. Kenaikan harga bahan pokok ini sudah dirasakan dalam sepekan terakhir. Isu bansos dan ‘borongan’ kampanye pemilu dijadikan ajang kritik warganet atas kelangkaan dan mahalnya bahan pangan utama ini. 

Berdasarkan laporan Badan Pangan Nasional, dalam sepekan terakhir tampak harga beras premium dan medium merangkak naik. Hingga per 22 Februari 2024 harga beras premium mencapai Rp 16.270/kg atau naik Rp 60/kg dari hari sebelumnya. Sedangkan harga beras medium menjadi Rp 14.230/kg atau naik Rp 90/kg dari hari sebelumnya.

Gambar 1. Harga beras premium per 22 Februari 2024
Gambar 2. Harga beras medium per 22 Februari 2024

Sementara itu, jika dilihat dari peta persebaran harga beras di Indonesia, harga beras di semua wilayah Indonesia berada di atas HET/HAP (>20%). Berdasarkan harga rata-rata nasional, Papua Tengah menjadi wilayah dengan penjualan beras premium termahal, yakni Rp 24.120/kg. Sama halnya dengan beras medium, harga termahal juga ditemukan di wilayah Papua Pegunungan dengan kisaran harga Rp 21.090/kg.

Gambar 3. Peta harga beras premium di setiap provinsi per 22 Februari 2024
Gambar 4. Peta harga beras medium di setiap provinsi per 22 Februari 2024
Gambar 5. Grafik harga beras premium sepanjang 2023-2024
Gambar 6. Grafik harga beras medium sepanjang 2023-2024

Isu naiknya harga komoditas ini menjadi perhatian media massa dan warganet Twitter (X). Netray Media Monitoring memantau topik ini dengan kata kunci beras di kedua kanal tersebut. Hasilnya ialah sebagai berikut. 

Fenomena Beras Mahal dan Langka serta Isu Bansos

Dalam periode pemantauan 15-21 Februari 2024, dengan kata kunci beras Netray menemukan 2.655 artikel yang diterbitkan oleh 309 media massa daring. Pemberitaan ini dibagi dalam beberapa kategori, yakni 1.127 atau 42% Finance & Insurance, 727 atau 27% Government, 342 atau 13% Politic, dan sisanya seperti gambar di bawah ini. 

Gambar 7. Statistik pemberitaan media

Selain memberitakan tentang kenaikan harga beras di beberapa wilayah, topik ini juga diangkat dalam isu pemerintahan dan juga politik. Bansos dan pemilu menjadi kosakata dominan yang banyak ditemukan dalam topik pemberitaan beras mahal dan langka ini. Hal ini disinyalir menjadi salah satu faktor harga beras meroket pada pekan ini. 

Gambar 8. Jajaran kosakata dominan dalam pemberitaan tentang beras mahal

Media Radar Aktual mengunggah artikel tentang impor beras per Januari 2024. Dalam artikel tersebut diungkap jika total nilai impor beras Indonesia selama periode Januari 2024 tercatat mencapai 279,2 juta dolar (Rp4,3 triliun). Nilai impor beras tahun 2024 naik sebesar 135,1%. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menekankan bahwa beras impor tidak langsung dilepaskan ke pasar dan sangat tergantung pada kebijakan pemerintah, sehingga pola impor beras sulit diprediksi. 

Gambar 9. Sampel berita tentang impor beras
Gambar 10. Sampel berita tentang impor beras

Impor besar-besaran ini justru menimbulkan spekulasi buruk tentang kebijakan bansos yang digelontorkan oleh pemerintah. Artikel-artikel tentang isu pun dinaikkan oleh beberapa media, seperti contoh di bawah ini. Melansir dari Pikiran Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Hidayatullah memberikan tanggapan tentang fenomena beras langka dan mahal yang terjadi saat ini. Menurutnya, penyebab dari hal tersebut salah satunya adalah dari adanya ‘jor-joran’ bansos. 

Gambar 11. Sampel berita tentang isu bansos penyebab beras mahal dan langka
Gambar 12. Sampel berita tentang isu bansos penyebab beras mahal dan langka

Tidak berhenti di sini, fenomena beras mahal dan langka ini juga diduga memiliki hubungan dengan situasi politik yang tengah panas saat ini. Masifnya kegiatan bagi-bagi bantuan pangan saat kampanye oleh Presiden disinyalir sebagai upaya menarik perhatian dan suara rakyat yang kemudian menimbulkan kelangkaan beras di pasaran. Akan tetapi, isu ini ditepis oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Dikutip dari Times Indonesia, Muhadjir Effendy membantah tudingan kenaikan harga beras yang berkaitan dengan kondisi politik di Indonesia. 

Gambar 13. Sampel berita tentang isu impor beras untuk kampanye
Gambar 14. Sampel berita tentang pemerintah bantah isu beras mahal karena kondisi politik

Warganet Keluhkan Kenaikan Harga Beras

Keluhan beras mahal ini juga disampaikan oleh warganet Twitter. Dalam periode pemantauan dan kata kunci yang sama, Netray menemukan lebih dari 132 ribu unggahan yang dibuat oleh 39,8 akun. Ratusan ribu unggahan tersebut mendapatkan 152,2 ribu impresi dengan potential reach mencapai 247,6 juta akun. 

Perbincangan tentang langka dan mahalnya komoditas ini memuncak di tanggal 20 Februari 2024 dengan total perbincangan mencapai 42.472 unggahan dalam sehari. Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan sentimen, unggahan dengan sentimen negatif mendominasi sepanjangan periode pemantauan.

Gambar 15. Grafik intensitas perbincangan warganet tentang beras mahal dan langka
Gambar 16. Grafik sentimen trend perbincangan warganet

Perbincangan warganet terkait topik ini juga sama halnya dengan berita yang diunggah oleh media massa. Isu tentang kaitan dengan pemilu dan juga bansos santer disuarakan oleh warganet. Akan tetapi, tidak hanya komoditas beras yang ramai dikeluhkan oleh warganet. Harga sembako lainnya, seperti telur dan minyak juga santer diteriakkan oleh warganet Twitter. 

Gambar 17. Jajaran kosakata yang mendominasi perbincangan

Mahal dan juga sulit dicari menjadi salah satu keluhan yang sampai sekarang ramai diunggah warganet. Situasi dan kondisi ketersediaan bahan pangan tersebut santer diunggah warganet sebagai bentuk protes. Bahkan unggahan-unggahan tersebut menyentuh belasan ribu impresi dalam setiap twit yang dinaikkan. 

Bansos dan pemilu juga menjadi kosakata yang sering digunakan warganet dalam mengkritik kejadian ini. Penggelontoran bansos secara besar-besaran menjelang pemilu disinyalir menjadi penyebab langka dan juga mahalnya beras.

Seperti yang diungkap oleh salah satu akun di bawah ini yang menyebut jika langka dan mahalnya beras diakibatkan oleh permainan pemerintah terkait kebijakan bansos. 

Tidak hanya itu, kelangkaan bahan pangan ini juga diduga akibat dari ‘borongan’ untuk kampanye. Selain itu, pupuk yang semakin mahal juga dianggap sebagai kegagalan pemerintah dalam menerapkan kebijakannya dalam tata kelola pangan. 

Atas kejadian ini, warganet pun berbondong-bondong mengkritik Presiden Jokowi yang dianggap sebagai ‘biang keladi’ langka dan mahalnya bahan pangan ini. Isu bansos yang digunakan sebagai kampanye terselubung menjadi ajang kritik yang santer digaungkan warganet.

Gambar 18. Sampel unggahan tentang kritik terhadap Jokowi
Gambar 18. Sampel unggahan tentang kritik terhadap Jokowi
Gambar 18. Sampel unggahan tentang kritik terhadap Jokowi

Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.

Editor: Ananditya Paradhi

More like this

Tenggelam dalam Arus Sentimen Negatif, Gus Miftah Akhirnya Mundur

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah menjadi sorotan publik baru-baru ini...

Kebijakan Kenaikan PPN 12%, Gelombang Negatif Penuhi Linimasa X

Jelang akhir tahun 2024, kabar mengejutkan datang dari Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Pajak Pertambahan...

Layanan Baru “Lapor Mas Wapres”: Dihujat di X, Didukung di Tiktok

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membuat terobosan baru di awal kepemimpinannya. Ia resmi membuka...