HomeCurrent ReportBahas Formula E, Beda Fokus Antara Media dan Netizen

Bahas Formula E, Beda Fokus Antara Media dan Netizen

Published on

ABB FIA Formula E World Championship atau Formula E merupakan ajang balap mobil listrik kursi tunggal yang digagas oleh Jean Todt pada tahun 2011. Musim perdananya dimulai di Beijing, Tiongkok pada September 2014. Sejak musim 2020 Formula E telah menyandang status kejuaraan dunia.

Formula E mulai menjadi perhatian masyarakat Indonesia secara luas setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengusulkan Jakarta sebagai salah satu tuan rumah balap mobil bergengsi ini. Tahun 2018 lalu Anies menyampaikan bahwa Jakarta akan menjadi tuan rumah pada pertengahan 2020. Sayangnya, keinginan tersebut harus tertunda karena pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia sejak awal tahun 2020 hingga saat ini.

Meski demikian, Anies tetap menginginkan Jakarta menjadi tuan rumah Formula E pada 2022 nanti. Ia bahkan telah menetapkan Formula E sebagai program prioritas. Rencana tersebut tertuang dalam Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 49 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Isu Prioritas Daerah Tahun 2021-2022 yang terbit pada 4 Agustus 2021 lalu. Penyelenggaraan Formula E yang ditargetkan pada 2022 berada di urutan kedua dari total 28 isu prioritas yang diminta Anies untuk diselesaikan di sisa masa jabatannya. Artinya skala prioritas untuk Formula E ini paling tinggi setelah isu Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017-2022.

Keputusan yang hadir di tengah situasi pandemi ini membuat sejumlah pihak yang sebelumnya kritis terhadap anggaran Formula E semakin tergelitik. Politisi PDI-P digandeng fraksi PSI pun mengajukan interpelasi kepada Anies terkait hal ini. Lalu bagaimana perkembangan isu terkait Formula E selama setahun terakhir? Bagaimana media pemberitaan mengemas isu ini? Apa dan siapa yang paling banyak disoroti? Dan bagaimana masyarakat yang diwakili netizen Twitter memandang polemik ini? Simak hasil analisisnya berikut.

Mengawal Formula E dari Pembahasan Media

Netray melakukan pemantauan menggunakan kata kunci formula e selama periode 1 Januari 2021 sampai dengan 4 Oktober 2021 untuk melihat bagaimana media memberitakan topik ini selama setahun terakhir.

Gambar 1. Total Artikel dan Kategori Pembahasan Topik Formula E (Sumber: Netray)

Terdapat 3,5 ribu artikel dari 87 portal media yang membahas isu terkait Formula E selama periode pemantauan. Dari jumlah tersebut, sebesar 76% membahas Formula E dalam ranah Pemerintahan, 9% Politik, dan hanya sebesar 6% yang mengupasnya dari ranah Berita Olahraga. Ini menandakan bahwa Formula E kini tak lagi soal ajang olahraga tetapi menjadi isu nasional yang menyenggol ranah Pemerintahan dan Politik. Isu ini terlihat mengalami intensitas pemberitaan yang signifikan sejak Agustus 2021. Hal ini berkaitan dengan keputusan Anies menjadikan Formula E sebagai program prioritas yang harus diselesaikannya sebelum akhir masa jabatan pada 2022 mendatang.

Gambar 2. Perkembangan Isu terkait Formula E di Media Pemberitaan (Sumber: Netray)

Dari Top Entities dan Top Organizations yang dapat diamati dari Gambar 3. di bawah, terlihat sejumlah tokoh dan lembaga serta partai politik yang paling banyak diberitakan sehubungan dengan polemik ajang balap mobil listrik tersebut. Nama Gubernur dan Wakil Gubernur DKI mewakili pejabat penyelenggara yang menginginkan Jakarta tetap menjadi tuan rumah Formula E. Sementara Giring (PSI) dan Gembong (PDIP) mewakili pihak yang bersikeras mengajukan interpelasi kepada Anies. Berkaitan dengan polemik interpelasi ini, nama Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi pun turut terseret dalam pemberitaan.

Gambar 3. Top Entitas Topik Formula E di Media (Sumber: Netray)

Kita juga dapat melihat gambaran pembahasan topik Formula E di media secara umum dengan mengamati Gambar 4 di bawah. Kata interpelasi yang menonjol menunjukkan bahwa media pemberitaan paling banyak membahas isu terkait interpelasi yang berkaitan dengan rapat, paripurna, dprd, fraksi, giring, maupun pdip. Selain itu, media juga banyak mengangkat isu soal commitment fee atau dana komitmen yang belakangan turut diperdebatkan.

Gambar 4. Top Words Topik Formula E di Media (Sumber: Netray)

Alasan Interpelasi dan Kaitannya dengan Temuan BPK

PDIP dan PSI bertekad menggunakan hak interpelasi dengan fokus meminta penjelasan Anies soal dana komitmen atau commitment fee yang telah digelontorkan pemprov. Seperti diketahui, Pemprov DKI telah mengucurkan 53 juta poundsterling atau setara Rp983,3 miliar. Dengan rincian; commitment fee 2019 sebesar 20 juta pounds atau 360 miliar, commitment fee 2020 sebesar 11 juta pounds atau 200,310 miliar, dan bank garansi senilai 22 juta pounds atau 423 miliar.

PDIP dan PSI menilai dana sebesar itu seharusnya kembali ditarik demi menambah anggaran untuk penanganan pandemi covid-19. Fraksi PDIP pun sempat memaparkan potensi kerugian daerah senilai Rp106 miliar apabila Formula E dipaksakan jalan pada 2022 sampai 2024.

Sementara itu, temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) soal rencana penyelenggaraan Formula E juga menjadi pertimbangan. Ada tiga rekomendasi yang disampaikan BPK terkait persoalan itu. Pertama, penyusunan keterlibatan para pihak dalam kegiatan Formula E. Kedua, kelanjutan kegiatan Formula E untuk mengindentifikasi kendala-kendala yang mungkin timbul dari sisi finansial ekonomi dan aspek repotasional. Ketiga, evaluasi atas studi kelayakan (feasibility study) dengan memperhatikan kondisi pandemi covid-19. Namun hingga kini, studi kelayakan yang diminta BPK belum rampung. Jakpro, yang ditugaskan untuk menggelar acara tersebut, masih mengerjakannya. 

Rapat Paripurna Interpelasi Ditunda, Ketua DPRD Terseret Kasus Maladministrasi

Meski PDI-P telah mendapat dukungan dari PSI dan mengantongi suara 33 orang, upaya interpelasi tersebut masih terhalang tembok besar. PDIP- PSI nyatanya masih perlu melakukan lobi-lobi politik untuk meyakinkan anggota dewan lain agar mendukung interpelasi. Sebab, syarat untuk mewujudkan interpelasi adalah kuorum 50%+1 atau 53 anggota dewan. Hingga rapat paripurna dengan agenda penjelasan pengusul interpelasi pada Selasa 28 September kemarin, jumlah tersebut belum terpenuhi.

Dari total 106 anggota dewan, rapat hanya dihadiri 27 orang dari PDIP dan PSI. Sementara 7 fraksi penolak interpelasi boikot atau tak menghadiri rapat. Di sisi lain, pelaksanaan rapat tersebut belakangan berbuntut pada pelaporan Ketua DPRD, Prasetio Edi Marsudi kepada Badan Kehormatan. Prasetio dilaporkan oleh 4 wakil ketua dan 7 Fraksi di DPRD DKI Jakarta. Tujuh Fraksi itu yakni Gerindra, PKS, Nasdem, Demokrat, Golkar, PAN, PKB-PPP. Mereka menilai, Prasetio diduga telah melakukan malaadministrasi lantaran menyelipkan agenda paripurna hak interpelasi dalam rapat Bamus DPRD DKI padahal agenda tersebut tak ada dalam undangan rapat.

Dengan demikian, isu terkait Formula E saat ini berpindah lagi kepada kasus baru tersebut. Sementara jadwal interpelasi yang sempat ditunda kembali terkatung-katung. Lalu bagaimana dengan arah pembahasan ajang balap mobil listrik kursi tunggal ini di media sosial? Apakah netizen juga terpaku fokus pada proses interpelasi?

Membicarakan Ajang Balap Formula E di Media Sosial Twitter

Di Twitter kata kunci formula e didominasi oleh sentimen negatif. Terlihat pada Gambar 5 di bawah, bagaimana warna merah mendominasi perbincangan topik di setiap harinya. Dari total 57,9 ribu tweet yang terjaring Netray, 37,8 ribu di antaranya mengandung sentimen negatif. Setidaknya ada 13,5 ribu akun Twitter yang membicarakan topik ini selama periode pantauan Netray. Dari total akun tersebut, dihasilkan 25,7 juta impresi yang berpotensi menjangkau 137,5 juta akun di Twitter. Artinya, topik ini secara natural mengikat perhatian masyarakat, tidak hanya pada periode tertentu tetapi hampir setiap waktu. Lalu apa yang dibicarakan sepanjang waktu ini?

Gambar 5. Peak Time Perbincangan Topik Formula E di Twitter

Sepintas, apa yang dibicarakan warganet di Twitter tidak jauh berbeda dengan apa yang tersaji dari media pemberitaan. Dari Gambar 6 di bawah terlihat nama Anies, Jakarta, apbd, hingga interpelasi muncul paling banyak dalam pembahasan soal ajang balap Formula E. Meski demikian, arah perbincangan warganet yang sarat muatan sentimen negatif juga dapat terlihat jelas dari bagaimana kata korupsi, gagal, hingga kerugian mewakili opini warganet secara umum. Selain itu, kemunculan kata mandalika di Top Words juga menjadi temuan yang menarik.

isu formula e di Twitter
Gambar 6. Top Words Twitter (Sumber: Netray)
Gambar 7. Top Complaint

Dalam perbincangan ini Mandalika mengacu pada sirkuit yang akan digunakan dalam penyelenggaraan MotoGP 2022. Dari pantauan Netray, warganet kerap membandingkan kedua proyek ajang balap mobil ini, mulai dari masalah anggaran, hingga status perkembangannyaa saat ini. Hal ini mengingat bocoran Indonesia sebagai tuan rumah MotoGP 2022 telah termuat dalam kalender balap sementara sedangkan dalam artikel terkait kalender balap Formula E, tidak ada nama Jakarta di dalamnya.

Top Account; Siapa yang Paling Banyak Bersuara dan Menyuarakan Apa

Jika mengamati deretan Top 10 Account Popular atau akun yang paling banyak berpengaruh dalam perkembangan isu ini, kita bisa melihat deretan akun pribadi mulai dari @FerdinandHaen3 hingga @_ekokuntadhi dan 1 akun organisasi partai @psi_id. Berdasarkan pantauan Netray, akun Ferdinan paling banyak berkicau soal isu ini dengan kacamata kontra. Ia menyuarakan dugaan penyimpangan pelaksanaan Formula E dan mendukung KPK untuk memeriksa Gubernur DKI Jakarta tersebut dalam kaitannya dengan dugaan korupsi APBD DKI Jakarta. Selain mengundang banyak impresi, Ferdinan juga masuk dalam deretan akun yang paling banyak membahas isu ini.

Gambar 8. Top Account

Sama seperti Ferdinan, kesembilan Top Account di atas menyuarakan pandangan kontra ketika membicarakan isu ini. Maka tak heran apabila isu ini berkembang ke arah negatif di Twitter. Tak hanya menyoroti Formula E, sebagian besar juga mengkritisi KPK yang dinilai lamban dalam mengusut proyek Anies yang diduga kental dengan dugaan korupsi tersebut.

Dari hasil pemantauan Netray yang telah dipaparkan di atas, terlihat jelas bagaimana perbedaan fokus atau arah pembahasan media pemberitaan dengan media sosial Twitter. Dengan periode pemantauan dan kata kunci yang sama, Netray menemukan bahwa media mengawal perjalanan interpelasi Formula E yang saat ini bahkan kembali pecah fokus pada pelaporan Ketua DPRD Prasetio karna dugaan maladministrasi. Progres penyelenggaraan Formula E seolah terabaikan karena tertimbun isu interpelasi yang saat ini bahkan belum ada kejelasannya. Sementara di media sosial Twitter, warganet cenderung menyoroti dugaan korupsi pada proyek Formula E dan mempertanyakan kelambanan KPK ataupun BPK RI dalam mengusut kasus ini.

Demikian pantauan Netray. Simak analisis isu lainnya di analysis.netray.id.

More like this

Kenaikan PPN 12% dan Gelombang Protes Warganet X: Bantuan Pemerintah Dianggap Tak Sebanding

Pemerintah akhirnya memutuskan untuk tetap menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada senin...

Tenggelam dalam Arus Sentimen Negatif, Gus Miftah Akhirnya Mundur

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa disebut Gus Miftah menjadi sorotan publik baru-baru ini...

Kebijakan Kenaikan PPN 12%, Gelombang Negatif Penuhi Linimasa X

Jelang akhir tahun 2024, kabar mengejutkan datang dari Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Pajak Pertambahan...