Setelah sekian lama tidak muncul sebagai sensasi publik, nama Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama kembali menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat. Ahok dikabarkan menemukan potensi penyalahgunaan keuangan oleh jajaran direksi PT Pertamina melalui pemberian fasilitas kartu kredit. Pihaknya berencana akan menghapus kebijakan tersebut karena tidak memberi imbas terhadap kemajuan perusahaan.
Isu ini menjadi sensasional setidaknya karena sejumlah alasan. Pertama, publik jarang mengetahui keberadaan fasilitas yang diterima jajaran direksi PT Pertamina semacam ini. Selain menduga-duga bahwa siapapun yang bekerja di posisi tersebut, tentu saja merupakan orang yang tajir melintir. Kedua, Ahok sendiri mengaku bahwa ia juga ditawari kartu kredit yang sama dengan limit hingga Rp 30 miliar. Nilai yang sangat fantastis bagi kebanyakan warga negara +62.
Netray Media Monitoring lantas memantau linimasa Twitter untuk melihat bagaimana rupa perbincangan warganet. Netray ingin mengetahui seberapa besar volume perbincangan ini dan siapa saja yang meramaikannya. Apa saja perspektif populer dalam melihat isu penghapusan fasilitas kartu kredit di kalangan direksi PT Pertamina. Hasil pemantauan tersebut bisa disimak di bawah ini.
Laporan Statistika Perbincangan Penghapusan Fasilitas Kartu Kredit PT Pertamina
Dalam pemantauan topik perbincangan Ahok hapus kartu kredit Pertamina, Netray menggunakan kata kunci “ahok”, “kartu kredit”, dan “pertamina”. Pemantauan linimasa Twitter ini dilakukan selama periode 14 Juni hingga 20 Juni 2021. Proses ini menghasilkan sejumlah data statistika yang kemudian menjadi basis analisis. Semisal untuk melihat seberapa viral kah topik tersebut di media sosial.
Selama periode yang sudah ditetapkan, Netray menemukan setidaknya 4,087 tweet yang mengandung kata kunci telah dikirim warganet ke linimasa Twitter. Ribuan kicauan warganet tersebut mendapat respons dalam wujud impresi sebesar 1,7 juta kali. Perbincangan ini secara potensial juga dapat menjangkau 74,2 juta akun Twitter. Dari data statistik tersebut perbincangan dengan topik penghapusan kartu kredit Pertamina oleh Ahok dapat dikategorikan sebagai perbincangan berskala nasional.
Tweet warganet yang menjadi bagian dari topik perbincangan ini mulai muncul pada tanggal 15 Juni 2021. Volume perbincangan secara sedikit demi sedikit berkembang hingga mencapai puncaknya pada tanggal 19 Juni 2021. Yang unik dari perbincangan ini adalah secara sentimen dikuasai penuh oleh sentimen negatif, yakni dengan jumlah 2,277 kali tweet. Padahal tweet bersentimen positif hanya sebanyak 64 tweet saja. Mengapa bisa seperti ini? Simak segmen analisis berikutnya.
Buah Manuver Ahok, Dukungan dan Cibiran Saling Berebut Pengaruh
Aksi Basuki “Ahok” Purnama menghapus fasilitas kartu kredit yang dinikmati direksi PT Pertamina ternyata masih menghadirkan kontroversi di ranah publik. Warganet Twitter yang menjadi representasi publik memiliki pemikiran tersendiri dalam menanggapi kebijakan komisaris utama BUMN tersebut. Kontroversi tersebut tentu saja berupa dukungan dan cibiran dengan alasan masing-masing.
Lantas siapa saja yang mendukung langkah Ahok dalam membenahi PT Pertamina melalui kebijakan ini dan siapa yang tidak menyukainya? Bagaimana cara pandang mereka dalam menanggapi isu tersebut? Netray akan menggunakan sejumlah fitur antara lain Top Accounts, Top People, Social Network Analysis, dan mencermati tweet dari sejumlah akun dengan impresi tertinggi. Harapannya analisis ini dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perbincangan warganet di linimasa Twitter.
Dari fitur Top Accounts, Netray melihat bahwa akun milik media massa yakni Detikcom dan Geloraco cukup getol membagikan berita tentang keputusan Ahok tersebut. Hanya saja apa yang disampaikan kedua media ini terasa berbeda. Jika Detikcom menulis berita ini dengan sentimen netral, Geloraco cenderung memuat berita dengan intonasi negatif. Bagi mereka yang tidak menyukai tokoh Ahok, tentu akan memilih berita dari media massa yang satu ini.
Setelah dua akun media massa, akun milik influencer mulai mengambil alih grafik Top Accounts. Di peringkat ketiga dan keempat terdapat tweet dari @P3nj3l4j4h_id dan @TeddyGusnaedi. Akun @TeddyGusnaedi menulis tweet informatif yang mengabarkan bahwa Ahok tidak hanya menghapus kartu kredit untuk direksi Pertamina, tetapi juga sejumlah insentif lain seperti fasilitas uang saku dan gaji tambahan. Sedangakan @P3nj3l4j4h_id membuat survei kepada warganet apakah akan mendukung Ahok dengan me-retweet cuitan tersebut atau percaya terhadap perkataan @AryaSinulangga dengan cara memberi like.
Saling Serang Kubu Politik, dari Stafsus hingga Buzzer Oposisi
Nama Arya Sinulingga cukup ramai mendapat mention dari warganet dalam topik perbincangan ini. Meskipun tidak membuat tweet yang mengandung kata kunci, akun @AryaSinulingga masuk ke jajaran Top People. Presiden Joko Widodo dan Menteri BUMN Erick Thohir juga menjadi tokoh yang paling banyak disebut oleh warganet. Arya adalah stafsus Kementerian BUMN yang menyangkal keberadaan kartu kredit tersebut. Polemik bahkan merembet ke Erick Thohir sebagai pemimpin kementerian tersebut. Dan tentu saja hingga berujung ke Presiden Joko Widodo yang selama ini dianggap sebagai “orangnya” Ahok.
Perbedaan sudut pandang dalam menanggapi wacana ini ternyata lebih dalam lagi. Dari pemantauan Social Network Analysis ditemukan bahwa terdapat kubu yang sama sekali berbeda meski berbicara satu topik. Bagi mereka yang percaya dengan narasi yang bersifat netral, kuncian jejaring sosial berada di akun @TeddyGusnaedi dan @gwk555. Sedangkan bagi mereka yang tidak suka dengan Ahok cenderung me-retweet twit milik @DonAdam68, @geloraco, @ekowboy2, dan yang lainnya.
Sekiranya Basuki “Ahok” Purnama sadar betul bahwa banyak pihak yang tidak suka pada dirinya. Sehingga setiap kebijakan yang ia lakukan akan mendapat tentangan hingga cibiran publik. Twitter menjadi salah satu ruang yang kerap dijadikan pertarungan antara siapa mendukung siapa. Membaca perbincangan tentang polemik penghapusan kartu kredit direksi PT Pertamina dapat memberi gambaran peta dukungan publik terhadap sosok Ahok.