Daerah Istimewa Yogyakarta atau yang akrab disebut Jogja, kini kembali digaduhkan dengan persoalan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan diumumkan akan ditutup pada 23 Juli-5 September 2023. Pengumuman ini resmi dikeluarkan oleh Sekda DIY pada 21 Juli 2023. Isu Jogja darurat sampah ini pun kembali mencuri atensi publik, terutama warga Jogja yang merasa geram dengan permasalahan yang dinilai tak kunjung usai ini.
Tahun lalu, isu ini menyeruak di media sosial hingga menjadi bahan pemberitaan media lokal maupun nasional. Seruan masyarakat yang diwakili oleh warganet menggaungkan #JogjaDaruratSampah sebagai bentuk kritik dan juga protes. Isu yang ramai menjadi perbincangan warganet Twitter dan bahan pemberitaan oleh media ini pernah dikemas oleh Netray pada artikel yang telah tayang 13 Mei 2022 lalu.
Tahun 2023, permasalahan ini muncul dan kembali mengundang keresahan publik. Netray Media Monitoring kembali memantau isu ini pada kedua kanal yang sama, yakni Twitter dan media berita daring. Pemantaun ini bertujuan untuk melihat seberapa besar keresahan warganet terkait permasalahan sampah yang tak kunjung usai ini, seperti apa bentuk kritik warganet atas kejadian ini, dan seberapa besar andil media dalam mengangkat isu sampah yang ada di Jogja. Hasilnya dapat disimak di bawah ini.
Memantau dengan kata kunci jogjadaruratsampah dan jogja && sampah, Netray menemukan sebanyak 1.217 twit yang mengandung kata kunci. Ribuan twit tersebut menghasilkan 462,1 ribu impresi selama periode pemantauan 21-27 Juli 2023. Twit-twit ini diunggah oleh lebih dari enam ratus akun yang berpotensi menjangkau hingga 25,4 juta akun.
Perbincangan terkait kata kunci mulai muncul sejak awal pemantauan dan memuncak di tanggal 22 Juli 2023, tepat satu hari setelah pengumuman TPA Piyungan ditutup sementara. Dalam satu hari tersebut, ditemukan sebanyak 356 twit tentang hal ini. Lalu, perbincangan mulai menurun hingga akhir pemantauan.
Sama halnya dengan tahun sebelumnya, persoalan terkait penanganan atau pengolahan sampah masih menjadi bahan perbincangan utama warganet. Sebab, hal inilah yang menyebabkan TPA di Piyungan sampai saat ini masih menjadi gunungan sampah. Tak hanya itu, kali ini warganet antarkabupaten juga saling kritik terkait penumpukan ini. Terlihat dari gambar di bawah ini, kosakata seperti sleman, kota, dan bantul (blok warna kuning) juga mendominasi jajaran Top Words.
Warganet menilai sampah-sampah yang menggunung di TPA Piyungan ini banyak berasal dari Sleman yang notabene dianggap sebagai sentral DIY. Pusat pariwisata, banyaknya bangunan mall, hingga titik berkumpulnya berbagai universitas dinilai warganet sebagai salah satu penyebab wilayah ini sebagai penghasil sampah terbanyak di DIY.
Dianggap sebagai penghasil sampah terbesar dan tidak mempunyai lahan tersendiri, warganet lainnya kembali memperdebatkan tudingan tersebut. Warganet menilai isu permasalahan sampah ini diangkat lantaran untuk memberikan ‘tamparan’ kepada pemerintah daerah Jogja karena masih belum memiliki strategi pengolahan sampah secara modern seperti kota lainnya seperti Solo.
Ramai dipersoalkan tentang TPA sementara, Pemda DIY membuat tempat pembuangan sementara di daerah Cangkringan, Sleman. Namun, hal ini justru kembali mendapat kritik dari warganet. Cangkringan merupakan daerah yang dikenal sebagai sumber air Kota Jogja. Penampungan sampah sementara di daerah tersebut dinilai tidak tepat karena dapat mencemari air yang mengairi wilayah kota.
Jogja Darurat Sampah di Media Pemberitaan
Isu ini tak hanya menjadi perhatian warganet Twitter, media massa juga turut andil mengangkat permasalahan ini. Mengamati dengan kata kunci sampah && yogyakarta dan jogja && darurat && sampah, Netray menemukan 288 artikel dalam periode pemantauan yang sama dengan kanal Twitter. Artikel-artikel ini diunggah oleh 56 media berita Indonesia, dengan 50 artikel di antaranya merupakan unggahan dari Tribun Jogja. Media lokal Jogja, seperti Radar Jogja, SuaraJogja, hingga Jogjaaja pun tampak mendominasi.
Berbeda dengan puncak perbincangan warganet, peak time pemberitaan terjadi di tanggal 26 Juli 2023 dengan total pemberitaan mencapai 62 artikel dalam satu hari. Pemberitaan pada tanggal ini didominasi dengan jawaban Sri Sultan Hamengku Buwono X terkait penolakan warga Cangkringan yang wilayahnya dijadikan tempat penampungan sementara.
Soal pemilihan TPA sementara ini disampaikan oleh Sultan saat ditemui oleh awak media di Kantor Gubernur pada tanggal 24 Juli 2023. Dalam pernyataan tersebut Gubernur DIY ini menyebut bahwa Pemda sudah menyiapkan tanah seluas dua hektar yang jauh dari pemukiman warga. Sultan juga menyatakan jika saat ini pemerintah sedang menyiapkan geomembran agar air di sekitar TPA tidak mencemari penampungan air warga.
Namun, solusi tersebut justru mendapat penolakan dari warga. Sama halnya dengan kritikan yang tampak di Twitter, penolakan ini didasari oleh adanya kekhawatiran warga tentang pencemaran lingkungan akibat adanya tumpukan sampah tersebut. Tak hanya itu, warga juga resah dengan adanya TPA sementara di daerah ini akan berdampak buruk kepada citra Cangkringan yang dikenal dengan sektor pariwisatanya. Warga cemas hal tersebut akan berimbas pada usaha masyarakat lokal, pemilik restoran dan juga katering.
Banyaknya penolakan tersebut membuat Sultan kembali membuka TPA Piyungan pada 28 Juli 2023. Namun, proses penampungan di Piyungan ini masih belum bisa dilakukan 100% sehingga penerimaan sampah di TPA tersebut masih dibatasi dari 700 ton menjadi sebesar 200 ton per hari.
Dilansir dari CNN Indonesia, Asisten Sekretariat Daerah DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan Tri Saktiyana menyebut bahwa pengoperasian sebagian dari TPA Piyungan dilakukan karena situasi ‘darurat’. Di samping itu, penampungan sementara di Cangkringan juga belum sepenuhnya siap digunakan.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time, Anda dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Winda Trilatifah
Editor: Winda Trilatifah