Teknologi AI adalah teknologi yang akan digunakan langsung oleh manusia dibandingkan dengan teknologi lain. Seperti yang kita tahu, perkembangan teknologi robotik sekarang semakin canggih. Sebut saja ada robot agility semacam yang dibuat Boston Dynamic atau Optimus dari Tesla hingga CyberOne dari Xiaomi. Kita tidak akan menggunakan teknologi ini untuk kebutuhan sehari-hari mungkin dalam waktu dekat ini. Sedangkan untuk teknologi AI, bisa jadi kita tidak begitu menyadari bahwa kita sudah menggunakannya di sejumlah aplikasi untuk keperluan sehari-hari.
Ada banyak alasan mengapa teknologi ini sedang berkembang dengan pesat akhir-akhir ini. Minimal karena penelitian akademik AI banyak dilakukan, digerakkan oleh kebutuhan pasar, hingga kepopuleran video-video hasil produksi AI di sudut-sudut internet. Hanya dalam waktu satu dekade, AI yang dulu hanya mampu mengidentifikasi manusia dalam gambar, kini mampu memahami bahasa dan kalkulasi matematika yang kompleks.
Sebagai teknologi yang telah dan akan terus dimanfaatkan manusia, tentu saja muncul sejumlah pertanyaan dari sudut pandang penggunanya. Semisal, apakah teknologi AI sudah bisa meniru dengan akurat cara manusia bekerja? Apakah implementasi AI benar-benar membantu hidup kehidupan atau malah jadi teknologi yang tak penting? Lantas bagaimana dengan kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan fungsi atau pekerjaan manusia dan lain sebagainya.
Bahkan saat internet mampu mengaburkan batas-batas bangsa, pendapat penduduk dunia terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa cukup berbeda. Perbedaan tersebut atas dasar prasangka bahwa pandangan ini terhubung dengan budaya, perilaku, hingga mungkin tingkat pendidikan masing-masing kelompok masyarakat. Tentu saja kita tidak bisa menyamakan kebiasaan menggunakan teknologi orang Indonesia dengan masyarakat Swedia sebagai contoh.
Salah satu survei yang dilakukan oleh Ipsos pada tahun 2022 dan 2023 menunjukkan bahwa persepsi bahwa teknologi AI akan berpengaruh ke dalam hidup dalam 3 – 5 tahun mendatang meningkat sebanyak 6 persen dari yang awalnya 60%. Pemilihan periode ini menjadi penting terutama tak hanya untuk melihat perbedaan persepsi masyarakat dari waktu ke waktu. Tetapi ditambah fakta bahwa ChatGPT yang disebut sebagai tonggak sejarah AI dirilis pada periode ini secara publik.
Meskipun hanya menyajikan data tahun 2023, sebagian besar responden asal Indonesia sepakat dengan pernyataan ini, yakni setidaknya terdapat 79% dari total populasi. Yang paling optimis adalah masyarakat Korea Selatan dengan 82% disusul dengan Turki sebanyak 81%. Sebaliknya responden dari Prancis dan Belgia menjadi yang paling skeptis bahwa implementasi AI akan berpengaruh ke dalam hidup mereka, yakni hanya 52%, sedikit di bawah Kanada dengan 51%.
Optimisme masyarakat Indonesia semakin diperkuat dengan populasi pendukung pernyataan bahwa produk dan layanan berbasis AI memiliki lebih banyak manfaat dari pada malah mendatangkan kerugian. Responden Indonesia tercatat yang paling tinggi, yakni sebanyak 78%. Di atas Thailand 74% dan Meksiko 73%. Sebagai kontras, negara yang skeptis dengan pernyataan ini adalah Amerika Serikat 38% dan Perancis 37%. Secara rasio, sebanyak 54% penduduk dunia di tahun 2023 mengamininya atau meningkat 2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tingkat Confident Implementasi Teknologi AI Responden Indonesia Tertinggi
Kembali ke grafik opini global dari survei yang diterbitkan oleh Universitas Stanford dengan tajuk “Artificial Intelligence Index Report 2024”. Tingkat kepercayaan diri responden atas pemahaman produk dan layanan berbasis AI juga meningkat sebanyak 3% dari tahun sebelumnya. Hal ini bisa diartikan bahwa penggunaan teknologi ini semakin banyak diterima oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Termasuk tingkat keyakinan bahwa responden mengetahui tipe produk dan layanan mana yang menggunakan kecerdasan buatan meski hanya naik 1%.
Lagi-lagi responden Indonesia menjadi yang teratas. Dari total responden survei di Indonesia, 84%-nya merasa bahwa mereka mengerti apa itu teknologi kecerdasan buatan. Disusul dengan responden dari Afrika Selatan dan Thailand di angka 78%. Tingkat confident penduduk dunia atas pemahaman terkait teknologi AI sendiri cukup tinggi. Hanya di posisi terbawah, yakni negara Jepang, sendiri tercatat sebanyak 43%. Selebihnya berada di atas lima puluh persen, seperti Italia sebanyak 53%.
Penggunaan teknologi AI masa kini sudah cukup menangani sejumlah kebutuhan manusia. Dari menangani pekerjaan yang bersifat repetitif, hingga membantu menghasilkan karya yang kreatif. Melihat antusiasme penduduk Indonesia yang tinggi terhadap teknologi AI, Netray Artifical Inteligence API hadir sebagai solusi bagi pekerja profesional. Teknologi kecerdasan Netray untuk saat ini meliputi Netray Translate guna memudahkan proses alih bahasa dan Natural Language Processing untuk mengekstrak sejumlah entitas penting dari data teks tak terstruktur.
Editor: Winda Trilatifah