Kecerdasan buatan (AI) dalam industri kecantikan telah membawa perubahan besar dalam cara konsumen memilih dan menggunakan produk. Dengan teknologi AI, analisis kulit menjadi lebih akurat, produk kecantikan dapat dipersonalisasi, dan pengalaman belanja semakin interaktif melalui fitur virtual try-on serta chatbot AI.
Selain memberikan kemudahan bagi konsumen, AI dalam industri kecantikan juga membantu brand memahami tren pasar, mengembangkan produk inovatif, dan meningkatkan strategi pemasaran berbasis data. Namun, tantangan seperti privasi data dan bias algoritma dalam analisis kulit masih perlu diperhatikan agar teknologi ini semakin inklusif dan bermanfaat.
Artikel ini akan membahas bagaimana AI dalam industri kecantikan mengubah lanskap bisnis, manfaatnya bagi konsumen dan perusahaan, serta tantangan yang harus diatasi untuk menciptakan teknologi yang lebih baik dan adil bagi semua orang.
Peran AI dalam Industri Kecantikan, Transformasi Besar Pasca Pandemi
Sejak awal 2010-an, kemajuan teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) mulai mendorong berbagai sektor industri untuk bertransformasi, termasuk industri kecantikan. Penerapan AI dalam industri ini semakin berkembang pesat terutama setelah tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 mengubah perilaku konsumen secara drastis—dari yang sebelumnya mengandalkan pengalaman langsung di toko menjadi lebih bergantung pada layanan digital. Situasi ini menciptakan kebutuhan mendesak akan pengalaman belanja yang tetap personal, akurat, dan higienis meski dilakukan secara online.
Melalui teknologi berbasi data besar, AI dalam industri kecantikan menghadirkan tingkat personalisasi yang lebih tinggi dalam industri kecantikan dengan menganalisis berbagai faktor individu, seperti jenis kulit, warna kulit, kebiasaan perawatan, serta preferensi kosmetik. Berikut merupakan wajah baru implementasi AI dalam industri kecantikan:

- Analisis Kulit Berbasis AI: Dengan menggunakan pemindaian wajah melalui kamera ponsel, AI dapat mengidentifikasi kondisi kulit secara real-time, mendeteksi masalah seperti jerawat, kerutan, dan hiperpigmentasi. Contoh teknologi ini adalah L’Oréal Skin Genius dan Neutrogena Skin360, yang memberikan rekomendasi produk berdasarkan analisis kulit pengguna.
- Personalisasi Produk: AI dalam industri kecantikan juga membantu menciptakan produk yang diformulasikan khusus untuk kebutuhan individu. Misalnya, Proven Skincare dan Function of Beauty menggunakan algoritma AI untuk mengembangkan skincare dan produk perawatan rambut yang disesuaikan dengan kondisi pengguna.
- Asisten Virtual dan Chatbot AI: Dengan teknologi Natural Language Processing (NLP), chatbot AI dapat memberikan saran produk dan menjawab pertanyaan konsumen berdasarkan kebutuhan mereka, seperti yang dilakukan oleh beberapa brand e-commerce kecantikan.
Meski mengalami akselerasi pada masa pandemi untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak, kehadiran AI dalam industri kecantikan ternyata tidak hanya menjadi solusi jangka pendek. Bisa dibilang eksistensi AI malah malah berperan membuka jalan bagi transformasi jangka panjang menuju industri kecantikan yang lebih cerdas dan responsif terhadap kebutuhan individu.
Teknologi AI Hadirkan Pengalaman Produk Kecantikan Secara Personal
Penekanan terbesar dari kehadiran AI dalam industri kecantikan adalah cara produk dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Teknologi ini memungkinkan brand untuk menciptakan produk kecantikan yang lebih personal, bukan hanya berdasarkan jenis kulit secara umum, tetapi juga mempertimbangkan warna kulit hingga kondisi kulit terkini
Melalui analisis data yang mendalam—baik dari hasil pemindaian wajah, riwayat pembelian, maupun kuesioner digital—AI mampu memberikan rekomendasi produk yang sangat spesifik. Misalnya, algoritma dapat menyarankan shade foundation yang paling sesuai atau menyusun rutinitas skincare yang dipersonalisasi berdasarkan permasalahan kulit tertentu seperti jerawat, hiperpigmentasi, atau kekeringan.
Beberapa brand ternama telah memanfaatkan teknologi ini:
- L’Oréal mengembangkan Perso, sebuah perangkat berbasis AI yang dapat menciptakan formula skincare, lipstick, dan foundation secara real-time sesuai analisis kebutuhan kulit pengguna.
- Proven Skincare menggunakan AI untuk memproses lebih dari 20 juta titik data konsumen dan jurnal dermatologi demi menciptakan formula skincare unik untuk tiap individu.
- Wardah, melalui Colour Intelligence, menghadirkan konsultasi warna berbasis AI yang membantu pengguna menemukan personal color mereka dan menyesuaikan produk makeup seperti memilih warna lipstik yang cocok dengan warna kulit.
Dengan personalisasi ini, pengalaman konsumen menjadi jauh lebih efisien dan memuaskan. Konsumen tidak lagi harus mencoba-coba banyak produk untuk menemukan yang paling cocok.
Perubahan Cara Menggunakan Produk Kecantikan, Virtual Try-On dengan Bantuan AI

AI tidak hanya meningkatkan pengalaman personalisasi tetapi juga mengubah cara konsumen berbelanja dan menggunakan produk kecantikan. Pasalnya AI memberikan pengalaman belanja yang lebih interaktif dan efisien, khususnya dalam ekosistem digital. Salah satu penerapan AI yang paling mencolok adalah teknologi Virtual Try-On yang menggabungkan Augmented Reality (AR) dan AI.
Teknologi ini telah merevolusi cara konsumen mencoba dan memilih produk kecantikan. Dengan kombinasi Augmented Reality (AR) dan kecerdasan buatan (AI), pengguna dapat melihat bagaimana warna lipstik, foundation, eyeshadow, atau skincare akan terlihat di wajah mereka secara real-time tanpa harus datang ke toko untuk mengaplikasikannya langsung. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan pengalaman belanja online, tetapi juga membantu mengurangi ketidakpastian dalam pemilihan produk.
Virtual Try-On memanfaatkan AR untuk mensimulasikan produk kecantikan di wajah pengguna melalui kamera ponsel atau komputer. AI berperan dalam menyesuaikan warna dan tekstur produk agar tampak natural sesuai dengan pencahayaan dan kontur wajah pengguna.
- Teknologi Face Mapping: AI menganalisis fitur wajah pengguna, seperti bentuk bibir, mata, dan warna kulit, untuk menampilkan produk dengan presisi tinggi.
- Simulasi Interaktif: Pengguna dapat mencoba berbagai warna dan jenis makeup dalam hitungan detik tanpa perlu menggunakan sampel fisik.
- AI dalam Skincare Try-On: Beberapa platform juga menyediakan analisis kulit berbasis AI yang merekomendasikan produk perawatan berdasarkan kondisi kulit pengguna.
Beberapa brand kecantikan telah mengadopsi teknologi Virtual Try-On untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan, antara lain:
- Sephora Virtual Artist: Fitur ini memungkinkan pengguna mencoba berbagai warna lipstick, eyeshadow, dan foundation secara virtual melalui aplikasi Sephora. Teknologi ini juga memberikan rekomendasi berdasarkan preferensi dan warna kulit pengguna.
- Maybelline Virtual Try-On: Menggunakan teknologi AR, Maybelline memungkinkan pelanggan mencoba produk seperti lipstik dan maskara sebelum membeli, baik di aplikasi maupun situs web mereka.
- MAC Cosmetics: MAC mengembangkan Virtual Try-On yang memungkinkan pengguna mencoba lebih dari 800 warna lipstick secara virtual untuk menemukan shade yang paling sesuai.
Secara lebih detail, teknologi Virtual Try-On telah mengubah cara konsumen berbelanja produk kecantikan secara online dengan beberapa manfaat utama:
- Mengurangi Ketidakpastian: Konsumen dapat melihat secara langsung bagaimana produk akan terlihat di wajah mereka sebelum membeli, mengurangi kemungkinan salah pilih.
- Meningkatkan Kepuasan Pelanggan: Dengan simulasi yang akurat, pelanggan lebih puas dengan hasil akhirnya, mengurangi risiko pengembalian produk.
- Higienis dan Ramah Lingkungan: Penggunaan tester fisik sering kali menjadi perhatian karena faktor kebersihan. Virtual Try-On menghilangkan kebutuhan akan sampel produk, mengurangi limbah industri kecantikan.
- Pengalaman Belanja yang Lebih Interaktif: Teknologi ini membuat proses belanja lebih menarik dan modern, meningkatkan engagement pelanggan dengan brand.
AI dalam Prediksi Tren Kecantikan dan Pemasaran
Salah satu kekuatan utama AI dalam industri kecantikan adalah kemampuan dalam memprediksi tren secara lebih akurat dan cepat. Dengan memanfaatkan teknologi seperti machine learning, natural language processing (NLP), dan big data analytics, brand kini bisa mengidentifikasi perubahan preferensi konsumen secara real-time dari berbagai sumber, termasuk media sosial, review produk, dan perilaku pencarian online.
Misalnya, AI dapat menganalisis ribuan unggahan Instagram atau TikTok untuk mendeteksi warna makeup yang sedang naik daun, bahan aktif skincare yang sering dibahas, hingga gaya rambut yang menjadi viral. Dari data tersebut, perusahaan bisa langsung merancang kampanye pemasaran yang relevan atau bahkan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan tren yang diprediksi.
Berikut beberapa contoh aplikasi yang memakai teknologi ini:
- Trendalytics dan Heuritech adalah platform AI yang menganalisis data visual dan teks dari media sosial untuk memberi insight tren kecantikan dan fashion.
- L’Oréal dan Estée Lauder telah menggunakan AI untuk memahami perilaku konsumen secara global dan mengatur strategi pemasaran yang dipersonalisasi berdasarkan lokasi, minat, dan kebiasaan belanja.
- AI juga digunakan untuk predictive marketing, misalnya dengan mengirimkan rekomendasi produk otomatis ke konsumen yang kemungkinan besar akan tertarik berdasarkan data interaksi sebelumnya.
AI dalam industri kecantikan telah membawa transformasi besar dalam cara konsumen merawat diri dan memilih produk. Teknologi ini memungkinkan personalisasi yang lebih tepat, pengalaman virtual yang interaktif, serta strategi pemasaran yang lebih relevan dan prediktif. Brand-brand kecantikan kini dapat memahami kebutuhan pelanggan secara mendalam dan merespons tren dengan lebih cepat.
Ke depan, pemanfaatan AI tidak hanya akan meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperluas akses terhadap layanan kecantikan yang cerdas, dan nyaman. Inovasi yang berfokus pada pengguna akan menjadi kunci kesuksesan di era kecantikan digital ini. Seperti pengembangan AI yang dilakukan oleh tim Netray. Netray AI memberi kemudahan pengaplikasian sesuai dengan kebutuhan Anda.
Editor: Ananditya Paradhi